2 Bulan Kemarau, 7 Hutan di Ponorogo Dilaporkan Terbakar

2 Bulan Kemarau, 7 Hutan di Ponorogo Dilaporkan Terbakar

Charolin Pebrianti - detikNews
Sabtu, 30 Jun 2018 09:14 WIB
Kebakaran hutan di Desa Karangpatihan, Kecamatan BalongFoto: Istimewa
Ponorogo - Musim kemarau di Ponorogo terjadi mulai Mei 2018. Namun laporan terjadinya kebakaran hutan sudah ada 7 kali. Luasannya mencapai 24 hektar. Lantas apa penyebabnya?

Kepala BPBD Ponorogo Imam Bashori mengatakan sejak awal musim kemarau diprediksi BMKG mulai Mei hingga Oktober.

"Namun ini masih bulan Juni, laporan kebakaran hutan sudah mulai banyak. Setidaknya ada 7 laporan," tutur Imam saat ditemui di kantornya Jalan Sekar Putih Timur, Sabtu (30/6/2018).

Imam merinci 7 laporan kebakaran tersebut, hutan di Kecamatan Jambon ada dua lokasi. Yakni hutan di Kecamatan Desa Bulu Lor terbakar 2 hektar dan Desa Karanglo Lor terbakar 2 hektar. Untuk hutan di Kecamatan Badegan ada dua, yakni di Desa Karangan terbakar 3 hektar, Desa Karangjoho terbakar 3 hektar.

Sementara hutan di Kecamatan Balong, ada dua juga lokasi terbakar. Yakni di Desa Tatung terbakar 10 hektar dan Karangpatihan belum bisa diperkirakan. Terakhir di Desa Bancangan, Kecamatan Sambut, 1 hektar yang terbakar.


"Total hingga saat ini luas hutan yang terbakar sebanyak 24 Ha, namun yang di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong belum bisa kami perkirakan karena baru semalam terbakar," terang dia.

Pantauan detikcom, Kamis (28/6/2018) malam telah terjadi kebakaran hutan milik Perhutani di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong. Luas lahannya mencapai 132,30 Ha. Petugas baik dari BPBD, polisi dan TNI terlihat memadamkan api dengan cara manual menggunakan dahan yang dipukul di titik api.

Imam menambahkan penyebab kebakaran hutan ini ada beberapa faktor. Mulai dari balon udara, putung rokok dan sumber api lainnya. "Apalagi limbah atau daun kering di hutan itu tebal. Apalagi setelah lebaran biasanya ada tradisi menerbangkan balon udara yang ada petasannya, itu jadi salah satu faktor kebakaran. Pun juga dengan orang yang buang putung rokok ditambah angin panas jadi semakin meluas," imbuh dia.

Saat ditanya kesulitan petugas saat memadamkan api, Imam mengaku faktor geografislah yang jadi penyebab utama. "Pemadaman sering kali dengan cara manual, karena medannya sulit serta jauh dari sumber air atau pemukiman, jadi kami padamkan dengan menggunakan daun dipukul-pukul ke sumber api," tandas dia.

Pihaknya pun mengimbau warga untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati saat berada atau melintasi kawasan hutan. "Harus meningkatkan kewaspadaan, jika melihat ada titik api langsung lapor ke pihak yang berwenang baik melalui perangkat desa atau anggota lainnya," pungkasnya. (fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.