"Kalau lebih percaya dukun, bisa saja nanti Fadli Zon membentuk 'Lembaga Dukun Nasional', ha-ha-ha...," kata Wasekjen PPP Achmad Baidowi kepada wartawan, Jumat (29/6/2018).
Pria yang akrab disapa Awiek itu kemudian menjelaskan, perbedaan antara survei dan quick count bisa terjadi karena sejumlah hal. Dia mengingatkan agar berpolitik dengan rasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi ini survei perilaku politik, yakni situasi sosial yang bisa berubah dan dinamis bergantung yang mempengaruhinya. Jangan pula kita berpolitik menafikan rasionalitas hanya untuk mengamankan keinginan ataupun meladeni nafsu kekuasaan," imbuh anggota DPR itu.
Karena itu, dia menganggap pernyataan Fadli lucu. Alasannya, orang yang dinilai intelek malah mengingkari metode ilmiah.
"Lucu, statement dari seorang yang sebelumnya intelek kok malah jadi mengingkari metode ilmiah," sebut Awiek.
Selain itu, Sekjen PPP Arsul Sani menanggapi kritik Fadli. Arsul menyebut kritik dari Fadli harus dijawab oleh lembaga survei.
"Antara lain misalnya sangat sedikit lembaga survei kita yang membuat disclosure (pengungkapan) tentang siapa yang membiaya surveinya, juga ada-tidaknya lembaganya memiliki hubungan baik saat survei dilakukan maupun di masa sebelumnya dengan subjek-subjek yang menjadi fokus survei," urai Arsul.
Sebelumnya, hasil quick count pasangan calon usungan Partai Gerindra di Jawa Barat, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, mengalami kenaikan tajam dibandingkan hasil survei yang dilakukan sebelumnya. Fadli Zon pun mengkritik lembaga survei dan membandingkannya dengan dukun.
"Harus dievaluasi keberadaan mereka. Metodologi mereka itu tidak bisa akurat lagi, prediksi mereka jauh," kata Fadli di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
"Lebih hebat dukun saya kira dari lembaga survei, dan mereka bisa dianggap sebagai penyebar hoax. Gitu, lo. Karena secara scientific tidak terbukti," imbuh Fadli. (tsa/haf)