Jelang pemungutan suara 27 Juni 2018, pasangan Sudrajat - Syaikhu masih menempati posisi ketiga hasil survei. Namun saat pemilihan, pasangan yang punya jargon Asyik itu melesat menyalip pasangan Deddy Mizwar - Dedi Mulyadi di posisi dua.
Pengamat politik Universitas Pendidikan Indinesia (UPI) Karim Suryadi menilai melejitnya pasangan Sudrajat - Syaikhu tak lepas dari militansi relawan dan simpatisan detik-detik akhir pencoblosan. Mereka bergerak masif bahkan saat masa tenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kata dia, sentimen '2019 Ganti Presiden' yang digaungkan pasangan Sudrajat - Syaikhu juga menjadi indikator penting melonjaknya perolehan suara saat pencoblosan. Munculnya wacana '2019 Ganti Presiden' sedikitnya menyita perhatian publik.
Menurutnya hal ini menunjukan adanya kelompok masyarakat Jabar yang menempatkan Pilgub Jabar 2018 dan Pilpres 2019 dalam satu kesatuan.
"(2019 Ganti Presiden) itu sangat signifikan karena dilihat dari program tidak banyak kecuali Asyik preneur. Itu menyasar pemilih yang menempatkan pilkada dan pilpres itu satu tarikan nafas. Jadi tidak berhenti pertimbangan siapa gubernurnya tetapi juga siapa presidennya," jelas dia.
Ia menuturkan sosok Ketum Gerindra Prabowo Subianto juga menjadi komponen krusial terhadap kontestasi Pilgub Jabar ini. Prabowo yang digadang-gadang maju di Pilpres 2019, memberikan pengaruh positif terhadap perolehan suara Sudrajat - Syaikhu.
"Prabowo dalam pengertian simbol Gerindra. Sebab menurut saya sikap politik Gerindra dan PKS di pilpres sudah tegas meskipun terkait sosok siapa yang diusung belum tentu prabowo, meski mandat sudah diberikan. Tapi ketegasan itu jadi poin pentina karena di luar (pasangan) nomor tiga (Asyik) hampir sama berada di barisan pemerintah," ujar Karim.
(mud/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini