Ke-13 negara yang akan melakukan pemantauan adalah Timor Leste, Thailand, Myanmar, Korea Selatan, Filipina, Srilangka, Kamboja, Swiss, Australia, India, Maldives, Nepal dan Mesir. Pemantauan dilakukan sebagai soft diplomacy dan menunjukan bahwa perbedaan dalam pilihan kepala daerah bukan sumber konflik horizontal.
"Memberikan pengalaman pemantauan soft diplomacy dan walaupun beda pilihan, di kita tidak ada konflik horizontal," kata Ketua Bawaslu Banten Didih M Sudi berbincang kepada detikcom, Serang, Selasa (26/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat melakukan pemantauan di Kota Serang, mereka menurutnya akan di bawa ke TPS dekat klenteng yang diisi mayoritas. Di daerah tersebut, meskipun mayoritas berbeda agama, semua bebas memilih tanpa ada diskriminasi.
"Kalau pun beda pilihan, menunjukan Pemilu aman damai. Bahkan bisa jadi di TPS ada pagelaran seni dangdut, damai di kita. Satu hal yang tidak terjadi di banyak negara," ujarnya lagi.
Para pemantau dari 13 negara ini menurutnya ada yang datang dari kedutaan, penyelenggara pemilu di negaranya dan pemantau pemilu. Selain di dua daerah di Banten, mereka juga memantau Pilkada di Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi.
Terpisah, Hopip dari Divisi Sosialisasi KPU Kota Serang mengatakan, delegasi akan dibawa ke TPS 17 di Masjid Agung Banten Lama dan TPS 9&10 di kampung nelayan Kasemen. Delegasi akan melihat pemilihan di daerah bekas kesultanan Banten dan kawasan nelayan yang mayoritas suku Bugis.
Setelah itu, mereka menurutnya akan ke TPS 21 di klenteng Kampung Pamarican dan TPS 13 di Rutan Serang. Setelah itu, mereka akan memantau TPS 14 di Jl Bhayangkara yang merupakan tempat melilih bagi salah satu calon wali kota. (bri/asp)