Pujian dari Irak untuk Kerukunan Beragama di Indonesia

Pujian dari Irak untuk Kerukunan Beragama di Indonesia

Fajar Pratama - detikNews
Selasa, 26 Jun 2018 10:49 WIB
Foto: Dok Kemenag
Jakarta - Kerukunan umat beragama di Indonesia mendapatkan pujian dari anggota Dewan Tertinggi Majma' Fiqh Irak, Shaikh Dr. Abdul Sattar Abdul Jabbar. Abdul Sattar terang-terangan mengakui untuk urusan kerukunan antar beragama, Irak kalah dari Indonesia.

Apresiasi ini disampaikan Abdul Sattar saat menerima Delegasi Indonesia yang akan mengikuti Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah. Delegasi ini dipimpin oleh Mukhlis Hanafi yang mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan KH. Muhyiddin Junaidi dari MUI.

"Kami mengakui bahwa Indonesia lebih maju dari kami dalam mengelola kehidupan umat beragama. Indonesia mampu menyatukan berbagai perbedaan agama, baik Islam, Hindhu, Buddha, Kristen dan lainnya. Kami sangat senang Indonesia bisa hadir dalam Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah ini," kata Abdul Sattar di kantornya, Baghdad, sebagaimana disampaikan dalam keterangan tertulis Kemenag, Selasa (26/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khusus untuk 'internal' Islam, menurut Abdul Sattar, seharusnya Islam bisa bersatu, khususnya menghadapi berbagai perbedaan internal. Perbedaan itu baik yang terkait Sunni dan Syiah, maupun perbedaan lainnya.



"Islam seharusnya bisa mengelola segala perbedaan, menyatukan berbagai mazhab, aliran, seperti Sunni, Syiah dan lainnya di seluruh dunia. Tentu, semua itu bisa dilakukan dengan penerapan Islam wasathiyah yang mengedepankan al-i'tidal (keseimbangan) dan tasamuh (toleransi)," ujar Abdul Sattar.

Dalam kesempatan itu, KH. Muhyiddin Junaidi memang menjelaskan kehidupan umat beragama di Indonesia. Junaidi memulai dari kondisi Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, paham dan aliran. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, lebih dari 215 juta. Umat Islam Indonesia dikenal sangat toleran terhadap penganut agama lainnya.

Pujian dari Irak untuk Kerukunan Beragama di IndonesiaFoto: Dok Kemenag


"Kami di Indonesia terdiri dari ragam agama. Agama resmi ada enam, berbagai paham dan aliran, serta 79 Ormas Keagamaan. Kami yang mayoritas muslim bisa hidup berdampingan, bertoleransi terhadap beragam perbedaan, seperti minoritas Hindu di Bali yang menutup Bandara dan mematikan listrik sehari saat Nyepi," tutur Junaidi.

"Kami tetap ada perbedaan seperti aliran pemikiran keagamaan, mazhab fikih, maupun cara berdakwah. Namun mayoritas mengikuti mazhab Syafii," lanjutnya.

Mukhlis Hanafi menambahkan tentang banyaknya madrasah, pesantren, dan sekolah agama di Indonesia. Menurut Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran ini, jumlahnya mencapai puluhan ribu, baik negeri maupun swasta. Keberadaan lemba pendidikan agama dan keagamaan tersebut sangat membantu dalam penerapan moderasi Islam.

Konferensi Islam Wasathiyah akan berlangsung dua hari, 26 - 27 Juni 2018. Konferensi ini akan diikuti oleh para delegasi dari 20 negara.

Delegasi Indonesia terdiri dari tujuh orang, yaitu: Mukhlis M Hanafi (Ketua Delegasi, mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), Muhyiddin Junaidi (MUI), Ikhwanul Kiram Masyhuri (Alumni Al Azhar), Saiful Mustafa (UIN Malang/NU), Fathir H Hambali (Alumni Syam), Auliya Khasanofa (Muhammadiyah/UMT), dan Thobib Al-Asyhar (Kemenag).



Tonton juga 'Lawan Radikalisme, Mendikbud Gaungkan Literasi untuk Toleransi':

[Gambas:Video 20detik]

(fjp/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads