"Terakhir setelah 2 hari itu udah nggak muncul lagi buayanya," kata anggota Satpaska Koarmada I, Kapten Laut Edy Tirtayasa, kepada detikcom (18/6/2018).
Edy menduga buaya tersebut sudah mati setelah ditembak dua kali di bagian leher dan belakang kepalanya. Namun, memang bangkai buaya tersebut belum ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin kita patroli ada 20 orang gabungan. Sektor patrolinya malah sampai ke daerah PIK di survei sekitar Pondok Dayung dalam dan luar. Karena dari orang BKSDA dia lebih tahu karakter buaya tempat yang dia sukai itu dimana," imbuh Edy.
Buaya tersebut pertama kali muncul pada Kamis (14/6) lalu. Terhitung hingga Sabtu (16/6) buaya tersebut muncul sekitar 15 kali di daerah Pondok Dayung. Patroli yang dilakukan personel TNI AL pun membawa 2 pucuk senjata jenis SS1.
TNI AL menembak buaya tersebut karena lokasi kemunculan buaya merupakan area latihan anggota Kopaska. Buaya itu diduga buaya muara yang senang tinggal di ujung daratan seperti Pondok Dayung. Karena sudah beberapa hari tidak muncul, buaya tersebut diduga sudah mati.
"Ini jenis buaya muara dan nggak suka laut lepas. Dia senang di tempat kita wawancara dan saya bawa (orang BKSDA dan orang Ragunan) ke tempat pertama (buaya) muncul, kata BKSDA dia senang ditempat-tempat dekat ujung daratan. Saya bisa tarik kesimpulan dari saya buaya itu mati kalau dari orang BKSDA nggak mungkin muncul disitu karena sudah banyak gangguan, ada kapal patroli karena dia nggak senang kapal patroli," ujarnya. (jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini