Menanggapi hal ini, Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengatakan pemerintah tak terganggu kritik.
"Pemerintah tak tipis kupingnya. Tak terganggu kritik," kata Ngabalin saat dihubungi, Kamis (14/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia membantah jika pemerintah disebut 'bertelinga tipis'. Sebab, Jokowi, kata Ngabalin, sadar bahwa kritik penting untuk jadi bahan evaluasi pemerintah. Hanya, kritik yang disampaikan mesti disampaikan dengan data dan fakta.
"Berkali-kali presiden menyampaikan bahwa kritik itu terasa pahit tapi memberi manfaat bagi kita untuk evaluasi diri. Pemerintah menyadari betul, presiden menyadari betul kritik penting," ujar Ngabalin.
"Tapi tiap orang harus bisa mengedepankan data dan fakta. Karena itu dapat memberi evaluasi dan kontrol terhadap pemerintah," sambungnya.
Dia meminta segenap pihak menjaga keteduhan menjelang Idul Fitri. Menurutnya, prasangka baik jadi ciri politik yang beradab.
"Sabar-sabar sedikit kita sedang memasuki 1 Syawal. Jadi berprasangka baik itu menyelamatkan diri, positive thinking itu penting. Itu ciri-ciri orang punya peradaban dalam dunia politik," ucap dia.
Sebelumnya, Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon membandingkan pemerintah SBY dengan Jokowi. Dia mengungkit beberapa demo terhadap SBY di zaman pemerintahan SBY. Menurutnya, SBY menerima kritik dengan terbuka.
"Belum lagi di benak publik kan memang telah terbangun kesan, terkait kebebasan berekspresi dan berpendapat ini, pemerintah sekarang memang 'telinganya lebih tipis' dibanding pemerintahan Pak SBY," kata Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon kepada wartawan, Kamis (14/6).
Video komentar Fadli Zon yang Twitter Jangan Jadi Kaki Tangan Penguasa
(jbr/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini