Jembatan kayu sepanjang 180 meter dan lebar 2 meter ini sejatinya adalah jembatan penghubung antara Desa Tambakrejo Kecamatan Krembung Sidoarjo dengan Dusun Sugo Desa Tambakrejo Kecamatan Ngoro Mojokerto.
Jembatan ini dibangun untuk mempermudah transportasi bagi warga Krembung yang bekerja di daerah industri Ngoro Mojokerto dan sebaliknya bagi warga Ngoro yang akan ke Sidoarjo.
Sejak dibangunnya jembatan kayu yang mengapung di sungai Porong dua minggu yang lalu, jembatan tersebut mendadak menjadi semacam daya tarik baru bagi warga. Warga beranggapan jembatan ini unik karena terapung.
"Jalan-jalan ke jembatan ini untuk menunggu beduk maghrib, selain unik juga asyik dan cukup menghibur," kata salah satu warga, Siti Nurjannah (22), warga Krembung Sidoarjo, Kamis (31/5/2018).
Siti mengaku tak terasa menghabiskan waktunya dengan berfoto selfie bersama teman-teman di atas jembatan ini. Padahal ia datang sejak pukul 15.00 WIB.
"Tidak terasa sudah mendekati beduk maghrib. Karena asyiknya selfie bersama teman-teman," imbuhnya.
![]() |
Baca juga: Ngabuburit Sambil Main Bola di Pinggir Rel
Hal yang sama disampaikan Erlita (16), warga Ngoro Mojokerto. Mendengar kabar tentang adanya jembatan ini dari teman sekampungnya, ia pun menyempatkan diri untuk berkunjung.
Pengunjung seolah tidak mempedulikan lalu-lalang kendaraan roda dua yang lewat di jembatan ini. "Pas motor lewat itu jembatan kan gerak-gerak, tapi nggak takut. Justru asyik dan menyenangkan," tuturnya.
Dari keterangan warga setempat, Juprianto (50), jembatan ini didanai oleh perorangan. Namun yang bersangkutan merahasiakan identitasnya.
"Dalam pembuatan jembatan ini menghabiskan kayu sekitar dua ton dan 180 drum plastik. Diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 200 juta," paparnya.
Namun Juprianto mengakui jika jembatan ini sangat membantu masyarakat sekitar yang bekerja di Ngoro dan sebaliknya. Warga pun tak keberatan meski dipungut biaya saat melintasi jembatan ini.
"Masyarakat yang akan melintas bayar seikhlasnya. Terkadang ada yang tidak bayar dengan alasan tidak membawa uang," lanjutnya.
Namun ditegaskan Juprianto, jembatan ini hanya dipasang pada saat musim kemarau atau saat kondisi air sungai Porong tidak meluap.
"Jembatan apung ini pada saat sungai Porong banjir dilepas. Sebenarnya kasihan kepada warga yang akan bekerja karena harus memutar lewat Porong dan Krembung dengan menempuh jarak sekitar 15 Km dan memperlukan waktu 20 menit. Padahal kalau lewat jembatan ini hanya butuh waktu 5 menit," pungkasnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini