"Namanya saja Gua Jarie yang dalam bahasa Indonesia berarti jari. Dulunya di sini ada banyak lukisan cap tangan manusia purba," kata Ketua Tim Arkeologi dan Prasejarah Balai Arkeologi Makassar, Budianto Hakim di Maros, Sulsel, Kamis (31/5/2018).
Menurut Budianto, pada sekitar tahun 80-an, banyak warga yang mengaku menemukan cap tangan. Namun, lambat laut cap tangan itu mulai menghilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi persis gua ini juga tidak jauh dari obyek wisata Bantimurung. Patokannya, sekitar 4 kilometer setelah obyek wisata ini dan jaur masuknya berada di sebelah kiri jalan. Gua ini hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari pinggir jalan aspal dan berada dalam bagian perbukitan utama karts Maros-Pangkep.
Sementara itu, kebanyakan warga masyarakat yang tinggal di sekitar Gua Jarie berprofesi sebagai petani dan berwiraswasta.
"Cap tangan yang ada di sini sudah mulai menghilang sekitar 80 persen. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Ini masih kita selidiki," terangnya.
![]() |
Ditambahkan Budianto, tidak ada masyarakat yang menyangka ada kerangka manusia purba yang terkubur di Gua Jarie. Hal ini dikarenakan, lokasi penemuan kerangka manusia purba sempat dijadikan tempat warga mengambil air.
"Ini kan ada dibuatkan wadah untuk menyimpan mata air oleh warga. Sekarang tidak digunakan lagi," terangnya.
Perlu diketahui, semasa hidup, manusia prasejarah ini mulai menetap dan membawa pengetahuan cara bercocok tanam padi.
"Sudah masuk era neolitik. Manusia perasejarah di sini membawa pengetahuan tentang padi. Bagaimana berternak babi dan bertani," ujarnya.
Analisis soal pengetahuan tantang cara bertanam padi ini didapatkan dari penelitian yang dinamakan analisis polen. Analisis polen menunjukkan di dalam tanah tempat ditemukannya jejak manusia prasejarah, terdapat benih padi.
"Polen kan serbuk sari dari padi. Kalau di Maros ini 8.000 tahun lalu," ucapnya. (tfq/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini