"Aktivitas vulkanik saat ini (di Merapi) didominasi oleh aktivitas pelepadan gas," kata Kepala Seksi Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso, Kamis (31/5/2018).
Berdasarkan data pengukuran gas SO2 di Merapi, lanjut Agus, jumlahnya relatif tetap sejak letusan tanggal 24 Mei yakni sebesar 90 ton per hari. Data itu merujuk pengukuran gas dengan metode Differential Optic Absorption Spectrometry yang dilakukan BPPTKG.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menjelaskan, karena adanya manifestasi pelepasan gas di permukaan dan aktivitas vulkanik yang masih cukup tinggi, BPPTKG tidak menurunkan status Merapi. Hingga kini status Merapi masih berada di level II atau berstatus Waspada.
"Radius 3 km dari puncak Gunung Merapi tidak diperkenankan untuk aktivitas penduduk. Penduduk yang berada di Kawasan Rawan Bencana Ill untuk tetap meningkatkan kewaspadaan," paparnya.
Letusan terakhir di Gunung Merapi terjadi tanggal 24 Mei 2018, setelahnya tidak terjadi letusan susulan. Namun pasca letusan terakhir tersebut terjadi aktivitas kegempaan di Merapi.
"Aktivitas kegempaan yang terjadi berupa gempa VT (Volcano Tektonik) kurang dari sekali per hari, hembusan 3 kali per hari, multiphase 2 kali per hari, guguran 7 kali per hari, dan tektonik sekali per hari," ungkapnya.
"Kemudian dilihat dari energi seismik yang digambarkan oleh data RSAM secara kumulatif tidak ada peningkatan. Pengukuran deformasi dengan tiltmeter dan GPS menunjukkan deflasi pada 21-24 Mei 2018, tapi tidak terjadi perubahan yang signifikan," pungkas Agus.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini