JK: Macet Itu Tanda-tanda Negara Kaya

JK: Macet Itu Tanda-tanda Negara Kaya

Noval Dhwinuari Antony - detikNews
Rabu, 30 Mei 2018 19:39 WIB
Wapres Jusuf Kalla (Foto: dok. Istimewa)
Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut kemacetan di suatu kota menjadi tanda perkembangan suatu negara. Menurutnya, hanya negara kaya yang macet.

Hal ini disampaikan JK dalam sambutannya pada acara buka bersama Pemuda Masyarakat Minang/Sumando dan Dewan Penyantun Universitas Andalas di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2018). Mengawali sambutannya, JK juga sempat mengajak masyarakat Minang memajukan tiga hal: agama, usaha, dan ilmu pengetahuan.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau bulan lalu saya di Padang, ada tiga hal yang dibicarakan. Yang sangat penting ialah bagaimana kembali memajukan kembali roh orang Minang dalam bidang keagamaan, usaha, ilmu pengetahuan dan seluruhnya. Itu merupakan suatu roh yang sangat penting, relatif terdepan," ujar JK dalam sambutannya.

JK pun menyebut kemacetan menjadi tanda-tanda dari kemajuan suatu negara. JK melihat Padang juga sudah mulai macet.

"Macet itu tanda-tanda, negara miskin mana bisa macet. Hanya negara yang kaya yang macet. Di Jakarta ini kemacetan itu setiap hari kita alami dan saya kira di Padang pun sudah mulai macet. Kalau ke Bukittinggi sudah mulai," katanya.



JK lalu menyebut perjuangan masyarakat Minang dahulu kala dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun bangsa.

"Saya semalam baca riwayat hidup Agus Salim. Bagaimana hebatnya zaman dulu. Jadi sekitar Bung Karno ternyata hampir setengahnya orang Minang. Ada Bung Hatta, Sjahrir, Agus Salim, Yamin," ungkapnya.

"Pernah saya pada orang dekat tanya kenapa (orang Minang)? Karena otak, pikiran, sekali lagi saya katakan, tidak ada foto orang Minang bawa tombak pahlawannya. Tapi kalau orang Sulsel selalu tombak dibawanya," lanjutnya.

Orang Minang hari ini, dikatakan JK, harus kembali ikut membangun bangsa dengan pemikiran yang cerdas, termasuk membangun keagamaan.

"Sama dengan yang saya katakan dulu bahwa, dari 10 mesjid, 9 khatibnya orang Minang. Sekarang kira-kira 4-5 orang. Kemarin di masjid Istana imamnya orang Bugis, khatibnya orang Bugis, jemaahnya orang Bugis. Tapi sekarang orang Minang mesti mempertahankan, selalu saya ingatkan kenapa kalau saya ke Minang saya selalu tunjuk pintar, itulah harapan kita semua bahwa dalam Ramadan ini bisa memberikan hikmah," jelasnya. (nvl/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads