"Kita melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha ekspedisi yang intensitasnya mengalami kenaikan selama Ramadan dan jelang lebaran. Sebab H+ 7 dan H-7 tidak bisa beroperasi lagi, kecuali membawa sembako," ungkap Kasat Lantas Polrestabes Surabaya, AKBP Eva Guna Pan Pandia saat ditemui di salah satu kantor ekspedisi di Jalan Darmo Golf, Jumat (25/5/2018).
Hal pertama yang diimbau Pandia adalah agar ekspedisi tetap berhati-hati dalam mengirim barang, apalagi usai tragedi bom bunuh diri di Kota Surabaya beberapa waktu lalu.
"Harus jelas barang yang diangkut, terutama siapa pengirim dan alamat tujuannya. Kemudian kondisi armada harus dalam kondisi yang layak jalan," lanjutnya.
Bahkan Pandia meminta agar seluruh pelaku usaha ekspedisi memiliki metal detector yang dapat mempermudah pengecekan barang. "Tetapi yang paling penting adalah alamat pengirim dan tujuan harus jelas," imbuhnya.
Pandia juga menekankan agar sopir-sopir armada diperhatikan kesehatannya karena mereka memang dituntut memiliki kondisi fisik prima.
"Jangan terlalu terburu-buru, utamakan keselamatan di jalan. Jika dalam perjalanan capek, minimal 30 menit istirahat. Selain itu, kelengkapan surat-surat juga harus lengkap," tambahnya.
Sementara itu, Kandradi Lookman (62), pemilik ekspedisi Lookman Jaya mengakui jika selama Ramadan dan jelang lebaran, intensitas pengiriman cenderung meningkat.
"Bulan ini ada peningkatkan sekitar 25 persen dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya. Sedangkan untuk pengiriman masih didominasi ke Jakarta, NTB dan Bali," tandasnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini