"Ini koruptor seperti apa ini menghina rakyat Indonesia. Pada cengengesan, pada lambaikan tangan. Itu kan seharusnya dia prihatin dan minta maaf kepada rakyat Indonesia begitu," katanya di Media Center Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (25/5/2018).
"Di Indonesia terbalik, cengegesan lambaikan anu, lalu seenaknya seperti orang nggak bersalah. Ini yang saya kira perlu diapakan mungkin dari budaya juga ya bangsa kita ini. Kalau orang disebut aja korupsi di Korea atau mana, banyak bunuh diri. Di kita nggak malah tambah cengengesan," sambungnya.
Artidjo mengakui, selama menjadi hakim agung, dirinya kerap kali digoda dengan suap. Dia mengatakan, setiap kali dirinya disodorkan uang suang, Artidjo merasa terhina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Un
"Kalau pertemanan sulit ditemui, memang saya siap untuk tidak berkawan. Kalau dulu saya jadi advokat tentu cari banyak kawan. Tapi setelah jadi hakim saya siap tidak berkawan dengan siapa saja, orang paling dekat dengan saya pun tidak saya temui," katanya.
"Jadi saya memang jarang bergaul dengan orang yang berpotensi orang yang berpekara termasuk pengacara. Dibatasi, meski habitat saya pengacara. Tentu saya diundang ke organisasi saya tolak," sambung Artidjo.
Tonton juga 'Pensiun, Artidjo Sang 'Algojo Koruptor' Kembali Jadi Orang Desa':
(idn/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini