Semua masjid lokal di New Delhi, biasanya tidak ber-AC alias tidak menggunakan pendingin ruangan. Karena suhu mencapai 43 derajat celcius, tentu bagian dalam masjid terasa panas saat digunakan tarawih berjemaah.
Salah satunya adalah masjid Fatehpuri di Old Delhi yang dibangun tahun 1650 oleh Fatehpuri Begum, salah satu istri kaisar Shah Jahan yang menguasai India ketika itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak tahun lalu, saya mencoba mencari beberapa solusi untuk mengatasi gerah saat salat tarawih ini. Kebetulan, di sekitar rumah saya di New Delhi Selatan, ada beberapa keluarga muslim.
Atas hasil rembukan dan inisiatif salah satu pemilik rumah yang full AC, maka diadakanlah salat tarawih berjemaah di salah satu ruang tamu rumah yang full AC setiap malam.
Selain mempersilakan ruang tamunya yang full AC untuk dipakai salat tarawih berjemaah, pemilik rumah juga menyediakan minum air putih dan mengundang seorang pemuda hafiz Alquran sebagai imam salat tarawih.
Setiap malam, kami menghabiskan 1 juz dalam bacaan salat tarawih, sehingga selama Ramadan Insya Allah dapat khatam Alquran. Waktu Isya di New Delhi adalah sekitar 20:30 dan di rumah tersebut biasanya salat isya berjemaah dimulai jam 21:00, dilanjut tarawih 20 rakaat plus witir 3 rakaat, sehingga selesai sekitar jam 23:00.
Dengan kondisi seperti ini, lumayan 'berat' dijalani. Apalagi mereka terbiasa mempersilakan orang asing (non lokal) seperti saya untuk menempati saf terdepan. Alhasil, mau tidak mau saya harus ikut sampai selesai.
![]() |
Saya pun mencoba mencari solusi lain demi salat tarawih yang nyaman dan sesuai kemampuan. Ternyata, tidak terlalu jauh dari rumah saya, ada India Islamic Cultural Center (IICC). Di basement gedung tersebut ada masjid kecil, berkarpet (masjid lokal lain banyak yang masih beralas tikar pandan), dan tentu saja ber-AC.
Tetapi, atau harusnya mungkin bukan 'tetapi' ya, di papan pengumuman dituliskan bahwa imam setempat akan mengkhatamkan Alquran dalam 15 hari tarawih. Saya belum sempat mencoba salat tarawih di IICC, hanya salat zuhur dan mejeng berfoto.
![]() |
Pilihan lain, yang lebih familiar dengan warga negara Indonesia di India tentu saja salat di masjid Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Delhi. Selain suasananya juga sangat 'Indonesia', salat tarawih di sana 'cuma' 8 rakaat plus 3 rakaat witir. Gedungnya ber-AC dan beralas karpet empuk bersih. Dua poin terakhir adalah kenyamanan mahal yang perlu ditekankan.
Di masjid ini, setiap Sabtu direncanakan ada buka puasa bersama dan ada penceramah berbahasa Indonesia pula. Buka puasa bersama di KBRI juga tentunya dengan menu masakan Indonesia.
Baca juga: Tips Berpuasa Saat Musim Panas |
Jadi, tidak perlu buka puasa dengan makan kare atau makanan populer India lainnya masala dosa. Dosa adalah semacam tepung yang dibuat lempengan tipis seperti kulit martabak yang di dalamnya diisi berbagai bumbu.
Sedangkan masala adalah sebutan untuk semua makanan yang diberi bumbu-bumbu. Teh susu yang diberi bumbu saja disebut masala tea. Kadang terasa aneh juga menyebut buka puasa dengan masala yang ucapannya terdengar seperti masalah. Apalagi ditambah dengan dosa, hahaha.
Apapun cerita berkesan Ramadan Anda semua, semoga ibadah puasa kita semua di bulan Ramadan ini mendapat rahmat dan berkah dari Allah SWT. Amin.
*) Prof Tjandra Yoga Aditama Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan Mantan Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan RI Sekarang bertugas di WHO South East Asia Regional Office di New Delhi.
Bagi Anda para pembaca detikcom yang memiliki cerita berkesan Ramadan seperti di atas, silakan kirimkan tulisan Anda ke e-mail: ramadan@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor kontak Anda dan foto-foto penunjang cerita. (rns/rns)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini