Tidak dapat dipungkiri, Islam di beberapa negara Eropa masih dipandang sebelah mata. Kadang, Islam dijadikan kambing hitam atas isu radikalisme dan terorisme yang sekarang sedang kembali menghangat. Bahkan ada beberapa oknum yang terang-terangan menolak kehadiran Islam di tanah Eropa.
Mematahkan statement tersebut, beberapa mahasiswa Indonesia yang tinggal di Poznan, Polandia menggelar acara pembagian takjil dan makanan gratis di Muzułmańskie Centrum Kulturalno-Oświatowe, Poznan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tips Berpuasa Saat Musim Panas |
Acara ini bertepatan dengan Noc Muzeów 2018 pada Sabtu, 19 Mei 2018. Noc Muzeów (museum di malam hari) adalah program pemerintah Polandia untuk mengenalkan museum dan instansi yang hanya bisa dikunjungi pada malam hari.
Selain museum, terdapat lebih dari 100 atraksi. Beberapa tempat yang biasanya tertutup untuk umum, pada hari ini khusus dibuka dan diperkenalkan. Acara membagikan takjil dan makanan gratis ini juga diikuti oleh beberapa negara seperti Kirgistan, Maroko, Arab, dan negara Timur Tengah lainnya.
Antusiasme pengunjung mencicipi kuliner khas nusantara. Foto: Dewi Novita Sari |
Tak ketinggalan, ada pengenalan adzan, salat tarawih, tilawah, serta musik-musik Islami kepada pengunjung. Antusias terlihat dari beberapa pengunjung yang penasaran dengan budaya dan ajaran Islam.
"Festival memperkenalkan budaya Islam kepada masyarakat sekitar Poznan merupakan agenda rutin oleh panitia masjid di tiap Ramadan. Kami mahasiswa Indonesia juga ikut berpartisipasi dengan membuat kurang lebih 400 tusuk sate padang, sambal terasi, dan 200 bakwan goreng yang siap dibagikan sebagai makanan khas Indonesia," kata Yulianri Rizki, salah satu mahasiswa program doctoral di Poznan.
Rizki yang dibantu oleh tiga rekannya Dewi Novita Sari, Nur Afifah Azzahra dan Tata Budhi Prasetyo, membuat pengunjung mengenal budaya Islam di Indonesia melalui makanan tradisional.
Salah satu mahasiswa Indonesia dan Maroko menyajikan hidangan. Foto: Dewi Novita Sari |
Membludaknya pengunjung untuk berinteraksi dan mencicipi berbagai sajian kuliner yang disajikan di masjid menjadi tanda kesuksesan acara pada malam hari itu.
"Saya sangat penasaran dengan resep sate Padang yang sangat homemade, cocok di lidah orang Eropa, tidak terlalu pedas dan ada citarasa rempah yang lezat," komentar salah satu pengunjung acara.
Islam mengajarkan untuk saling menghargai keberagaman antar umat beragama. Mengenalkan puasa Ramadan adalah salah satu langkah bahwa ajaran Islam, di manapun tempatnya, selalu berlandaskan saling berbagi dan memberi.
Meredam nafsu dan memperbanyak amal pahala menjadi nikmat tersendiri bagi orang-orang yang mengerti dan beriman. Sekalipun harus menghadapi tantangan sebagai minoritas dan waktu puasa hampir 19 jam, tidak menyurutkan semangat mahasiswa Indonesia untuk mengenalkan indahnya Islam di negeri orang.
*)Dewi Novita Sari adalah mahasiswa program Master Geography Specialist Geoinformation Adam Mickiewicz University, Poznan, Polandia. (rns/rns)












































Antusiasme pengunjung mencicipi kuliner khas nusantara. Foto: Dewi Novita Sari
Salah satu mahasiswa Indonesia dan Maroko menyajikan hidangan. Foto: Dewi Novita Sari