"Hal tersebut dipicu oleh adanya pusat tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia perairan barat Sumatera dan sirkulasi siklonik di Selat Karimata serta indikasi aktifnya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera yang masuk ke wilayah Indonesia bagian barat dan tengah," terang Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R Prabowo, dalam rilis yang diterima detikcom, Sabtu (19/5/2018).
Kondisi itu, disebut Prabowo memberi pengaruh terhadap pola cuaca dalam meningkatkan suplai uap air. Uap air ini berkontribusi dalam pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Sebagai akibatnya, dia mencontohkan adanya fenomena hujan lebat disertai angin kencang di Tuban, Bogor, dan Sukabumi, serta banjir di Aceh Utara pada awal musim kemarau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara lengkap, wilayah yang mendapat pengaruh peningkatan potensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang antara lain:
- Aceh
- Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Bangka Belitung
- Lampung
- Banten
- DKI Jakarta
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Kalimantan Barat bagian selatan
- Kalimantan Tengah bagian selatan
- Kalimantan Selatan
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Tenggara
- Sulawesi Selatan
- Maluku
Selain hujan, Prabowo menyatakan ada pula potensi gelombang tinggi. Gelombang itu naik mulai 2,5-4 meter. BMKG memperkirakan gelombang tinggi terjadi di perairan selatan Pulau Jawa hingga Pulau Lombok, Selat Bali-Selat Lombok-Selat Alas bagian selatan, serta perairan selatan Pulau Sumba-Pulau Sawu-Pulau Rote. Perairan lainnya yaitu Laut Timor, Laut Banda timur Sulawesi Tenggara, Perairan selatan Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru bagian barat dan tengah, serta Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan NTT. (nif/jbr)