"Terkait dengan jumlah (pencerahan di kajian Samudra) yang akan diganti begitu, tidak hanya satu orang, lebih dari satu orang," kata Panut saat melangsungkan konferensi pers di Gedung Pusat UGM, Jumat (18/5/2018).
Adapun alasan pihak kampus mencoret beberapa nama penceramah, kata Panut, didasari banyaknya keluhan dari masyarakat dan civitas di UGM. Mereka menyebut sejumlah nama penceramah di Masjid Kampus tidak sesuai dengan jati diri UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kita mendengar dari masyarakat, mendengar dari rekan-rekan kita sesama dosen. Bahwa untuk menuju yang tadi kami sampaikan, sejuk, harmonis, kemudian nyaman beribadah, maka kami memutuskan lebih dari satu nama (direvisi)," sebutnya.
Panut menjelaskan, sebelum kasus ini mencuat ke permukaan dia sudah sering mengingatkan civitas di UGM untuk mencari pembicara atau penceramah yang menyejukkan. Tidak hanya itu, pembicara tersebut juga harus nasionalis sesuai jati diri UGM.
"Saya dan Wakil Rektor itu tidak tahu detailnya sehingga keluar nama-nama seperti yang beredar. Di situ sebetulnya akar persoalannya. Makanya setelah beredar banyak respon yang meresahkan menurut kami, lalu kami segera mengadakan koordinasi," ucapnya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM, Djagal menambahkan, sebelum nama-nama penceramah seperti Jubir HTI Ismail Yusanto mencuat pihaknya telah memberikan kisi-kisi ke panitia dalam memilih penceramah.
"Karena mereka (Jama'ah Shalahuddin) adalah orang-orang yang sudah dewasa, kami hanya berikan mereka kisi-kisi. Di kampus itu harus bersifat menyejukkan, tidak menyebarkan kebencian atau kegadugan. Kisi-kisinya sudah jelas," tandasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini