"Saya sudah sampaikan, semua kegiatan ini (teror) adalah jaringan Jemaah Asharut Dauhlah. Saya berani menunjuk hidung, karena sudah tiga empat tahun kita melihat perkembangan dari kelompok jaringan ini," kata Tito di Mapolda Riau, Kamis (17/5/2018).
Menurut Tito, keberadaan kelompok JAD ini sudah sangat mengkhawatirkan. JAD berada di balik serentetan teror yang ada di Wilayah Jawa Timur, seperti Surabaya dan Sidoarjo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itulah yang menyebabkan, kita meminta dari semenjak dua tahun lalu, kita sudah mempersiapkan draf revisi UU-nya, sudah dibahas di DPR. Kita berharap secepat mungkin revisi," kata Tito.
Selain meminta percepatan revisi UU Antiterorisme, Tito juga bicara soal perlunya lapas bagi teroris. Menurutnya, teroris seharusnya ditempatkan di lapas dengan pengamanan maksimum.
"Karena, kejadian yang di Mako Brimob juga karena tidak ketersediaan Lapas dan manajemen Lapas. Kita ingin ada yang maximum security menghadapi kelompok-kelompok seperti ini. Mereka (kelompok) didorong lebih banyak di dorongan masalah pemahaman. Mereka cukup berbahaya. Jadi tidak bisa ditahan di tahanan biasa, apa lagi yang digabungkan tahan lain," kata tutup Tito.
"DPR perkirakan UU Terorisme rampung bulan depan", simak beritanya di 20Detik:
(cha/hri)