Teroris Libatkan Perempuan-Anak untuk Beri Pesan ke Jaringannya

Teroris Libatkan Perempuan-Anak untuk Beri Pesan ke Jaringannya

Yulida Medistiara - detikNews
Rabu, 16 Mei 2018 13:42 WIB
Foto: Suasana saat bom bunuh diri di Surabaya Minggu (14/5)/ (Zaenal Effendi/detikcom)
Jakarta -
Pengamat terorisme Universitas Indonesia (UI) Solahudin menjelaskan alasan mengapa teroris memakai anak dan perempuan untuk melakukan bom bunuh diri. Salah satunya untuk mendapatkan sorotan dari media.

Hal ini disampaikan Solahudin saat menjadi pembicara dalam Forum Merdeka Barat 9 dengan tema 'Cegah dan Perangi Aksi Teroris', di Kantor Kemenkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat.

"Jadi teroris membutuhkan media untuk menyebarkan rasa takut. Kemudian, Apakah teroris tahu news value, nilai berita? Tahu dan mengerti. Itu sebabnya teroris memakai anak-anak dan perempuan itu ada beberapa alasan. Salah satu alasannya. Karena mereka tahu laki-laki dewasa meledakkan diri itu sudah biasa," ujar Solahudin, di Kantor Kemenkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (16/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Semua pelaku bom bunuh diri di Indonesia rata-rata lelaki dewasa. Tetapi kemudian Kalau seandainya pelakunya ibu dan anak itu kan baru luar biasa. Baru akan dapat covarage yang luas. Itu sebabnya media-media asing saja meliput kasus tersebut. karena buat mereka ini punya news value yang tinggi," lanjutnya.

Selain untuk mendapatkan sorotan media, keamanan juga menjadi alasan mengapa kelompok ekstrimis merekrut perempuan dan anak-anak untuk melakukan aksi teror bom. Perempuan dan anak-anak akan sulit diidentifikasi.



"Orang tidak menaruh curiga, apalagi dilakukan oleh satu keluarga. Misalnya Dita itu sudah di surveillance selama 4 bulan tapi tidak ada tindakan mencurigakan. Akhirnya tidak jadi disurveillance. Kenapa? Karena dia melakukan aksinya bersama-sama keluarga," tuturnya.

Selain itu, kata Solahudin, menggunakan anak-anak dan perempuan sebagai 'pengantin' juga bertujuan untuk menyampaikan pesan ke jaringan-jaringan teroris yang lain.

"Apa pesannya? Pesan pentingnya Provokasi kepada jaringan-jaringan kelompok ekstrimis. Bahasa sederhananya 'anak-anak saja berani, perempuan saja berani masa lu kagak laki-laki saja tidak berani'," ungkapnya.

Seperti diketahui, aksi bom bunuh diri di Surabaya menggunakan perempuan dan anak-anak. Dita Oeprianto (48) dan istrinya, Puji Kuswati (43) membawa serta keempat anaknya berinisial YF (18), FA (16), FS (12) dan FR (9) untuk meledakkan tiga gereja di Surabaya.

Selain Dita yang membawa anak dan istrinya, Pelaku teror bom di Mapolresta Surabaya Tri Murtiono (50) dan istrinya yang bernama Tri Ernawati (43) juga membawa tiga anaknya.



(rvk/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads