"Nggak disekolahin, kecuali satu yang dari Sidoarjo," kata Kapolda Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin dalam jumpa pers di Markas Polda Jawa Timur, Jl Frontage Ahmad Yani, Surabaya, Selasa (15/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang tua terduga teroris itu dinyatakan polisi memilih mendidik anak-anaknya lewat video-video berkonten terorisme. Mereka menyebut itu sebagai homeschooling alias sekolah rumah, polisi menganggap itu bukanlah sekolah sama sekali. Lantas bagaimana bisa ada satu anak mereka tetap sekolah?
"Ikut neneknya. Dia nggak mau. Dia mau sekolah. Yang besar. Jadi yang dua nurut, yang satu nggak nurut karena ikut neneknya," tutur Machfud.
Peristiwa pengeboman di tiga gereja di Surabaya plus satu pengeboman di Markas Polres Kota Surabaya, 13 Mei 2018, memperlihatkan bentuk baru bom bunuh diri, yakni bom bunuh diri yang dilakukan satu keluarga.
Ada pula penggerebekan terduga teroris di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo pada 13 Mei 2018 yang menewaskan tiga orang. Tiga orang lainnya menderita luka-luka. Semuanya adalah satu keluarga.
Anak terduga teroris akan diberikan bimbingan psikologis, tonton videonya:
(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini