"Kita juga takut anak-anak ini, tadi sudah sempat diwawancara dan sepertinya dia juga tercuci pemikirannya, otaknya," ujar Lita ditemui usai menjenguk A di RS Bhayangkara, Selasa (15/5/2018).
Tak hanya itu saja, Lita mengaku ngeri saat mendengar perkataan A saat diajak berkomunikasi. Pemikiran A sangat keras, pun juga paham radikal yang ditancapkan orang tua ke anak tersebut.
"Ngerinya itu dalam wawancara, pemikiran mereka itu sudah radikal, sudah keras," katanya.
Tak hanya itu, Lita mengkhawatirkan jika tak ada anggota keluarga yang mau mendampingi atau merawat A hingga dewasa.
"Dalam hati kita miris ya tidak ada keluarga lain yang berani dampingi, tapi kalau tahu juga pasti ndak mau dampingi karena dia anaknya siapa," tambahnya.
Menurut Lita, butuh perjuangan yang cukup berat mengembalikan pemikiran anak-anak ini menjadi normal dan tidak memiliki paham radikal.
"Ada rasa kasihan. Tapi tentu butuh perjuangan yang sangat berat untuk mengembalikan mereka menjadi anak normal yang tidak memiliki pemikiran radikal," kata Lita.
A, merupakan korban selamat saat bom bunuh diri yang dilakukan orangtua dan kakaknya di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5) pagi. Saat itu A terlempar dan jatuh di atas jasad tubuh ibunya. A pun bangun saat diteriaki petugas. Tubuhnya yang terhuyung akhirnya diangkat oleh AKBP Roni Faisal Saiful Faton, Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya.
Tonton juga video mengenai Risma yang berpatroli di Surabaya pasca ledakan bom:
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini