Cawagub Syaikhu mempertanyakan kondisi lingkungan Kota Bandung yang dianggapnya tidak bisa mengelola air sehingga menyebabkan banjir.
"Kenapa banjir di Bandung malah terjadi saat banyak pembangunan taman. Apakah karena pembangunan lingkungan dan drainase jadi kurang terperhatikan. Apa sebenarnya kendalanya," tanya politis PKS itu.
Emil, sapaan Ridwan, menganalogikan pertanyaan tersebut dengan kondisi sebuah perumahan. Di saat satu perumahan terlihat mewah dan keren, sementara di luar perumahan tidak, maka hal itu sia-sia. Sebab tidak etis bagi penghuni perumahan mewah menegur lainnya.
"Itulah mengapa kita tidak menegur karena posisi wali kota dan bupati sederajat. Jadi peran itulah yang hilang dalam peran gubernur. Justru koordinasi itulah yang harus diselesaikan di tingkat gubernur," kilah Emil.
Mendengar hal itu Cagub Sudrajat menyimpulkan jika Emil menilai kesalahan bukan pada dirinya yang seorang wali kota melainkan bupati tetangga dan gubernur. Sehingga Sudrajat pun mempertanyakan sebenarnya sejauh mana kontribusi para bupati dan gubernur sehingga bisa disalahkan seperti itu.
Tidak hanya itu Sudrajat juga mempertanyakan peran Emil yang membuat trotoar di utara Kota Bandung berbentuk kotak sehingga membuat air tidak tertampung dan menyebabkan banjir.
"Dari pada menyalahkan bupati atau gubernur, pasti ada kesalahan juga (di Emil)," ujar Sudrajat.
Menanggapi hal itu Emil menilai debat Pilgub Jabar kali ini terkesan seperti debat Pilwakot Bandung. Sebab seluruh pertanyaan ditujukan pada dirinya sebagai wali kota bandung.
"Ini terkesan debat Pilwalkot Bandung. Tapi di zaman saya trotoar dibuat besar dua meter, zaman dulu hanya setengahnya. Penyelesaiannya (banjir) banyak. Tapi tidak cukup solusi engineering," katanya.