Hal itu dikatakan adik kandung Dita, Dentri. Menurut dia, Dita adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Dodik dan Sumijati.
Orang tua Dita tinggal di Tembok Dukuh V No 15, Kelurahan Tembok Dukuh, Rungkut, Surabaya. Rumah ini juga digunakan untuk toko kelontong dan laundry yang dikelola Dentri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sekeluarga syok, ibu dan bapak saya juga syok. Kami tak menyangka dia (Dita) melakukan itu," kata Dentri saat ditemui detikcom di rumahnya, Senin (14/5/2018).
Sayangnya, Dentri enggan bercerita banyak terkait kepribadian kakaknya. Dia berdalih sudah lama tak bertemu dengan kakak kandungnya itu.
Hanya, dia mengaku kesal atas ulah Dita yang dengan tega mengajak keempat anaknya melakukan aksi bom bunuh diri. Ditambah lagi, kini ketenangan keluarganya terganggu setelah menjadi sorotan banyak pihak terkait aksi Dita.
"Otak dia ditaruh mana, kok tega ngajak anak melakukan itu," tuturnya.
Sebelum pindah, Dita dan keluarga kecilnya tinggal di Tembok Dukuh Gang V No 32, tepat di depan rumah orang tuanya. Rumah itu dijual sekitar 10 tahun yang lalu.
Dita Oepriarto melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS). Sedangkan istrinya, Puji Kuswati, bersama anaknya, FS dan FR, beraksi di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jalan Diponegoro.
Adapun anak Dita yang lain, YF dan FH, beraksi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. Peristiwa di 3 gereja itu menyebabkan 18 orang tewas dan 43 orang luka-luka.
Tonton juga video tertangkapnya 8 orang terkait bom Surabaya:
(rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini