Sehari sebelum pemilihan umum, Wan Azizah Wan Ismail tampil di hadapan para pendukung koalisi oposisi Pakatan Harapan di Kuala Lumpur, Selasa (8/5/2018). Ibu enam anak dan sekian cucu itu membacakan surat suaminya, Anwar Ibrahim untuk rakyat Malaysia.
"Dari Hospital Cheras, dengan kawalan ketat pegawai penjara, saya mohon saudara saudari bersama dalam gerakan rakyat menuntut perubahan melalui PRU14," kata Wan Azizah membacakan surat Anwar dengan lantang. Sorakan warga bergemuruh menyambutnya.
Pada bagian lain suratnya, Anwar meyakinkan publik bahwa antara dirinya dan Mahathir tak ada lagi persoalan pribadi. Sebab kepentingan bangsa Malaysia yang lebih besar yang harus dikedepankan. Karena itu dia berharap segena rakyat Malaysia tak perlu ragu untuk turut menyokong Mahathir kembali menjadi memimpin Malaysia menggantikan rezim korup, Najib Razak.
"Saya ingin menyerukan agar rakyat memberikan dukungan untuk membolehkan beliau memperbaiki kebobrokan negara akibat rasuah dan penyalahgunaan kuasa kerajaan UMNO-BN di bawah pimpinan Datuk Seri Najib Razak," tulis Anwar seperti dibacakan Wan Azizah.
Sejatinya, Wan Azizah bukan sekedar istri pembaca surat suami. Dialah saat ini satu-satunya perempuan yang tampil di muka memimpin oposisi di Malaysia. Jauh sebelum bermetamorfosis menjadi politisi, perempuan kelahiran Kedah, 3 Desember 1952, itu adalah seorang dokter. Selama 14 tahun dia berkarir di Hospital Besar Kuala Lumpur (HBKL). Gelar dokter diraihnya dari Royal College of Surgeons di Irlandia.
Wan Azizah memutuskan berhenti sebagai dokter ketika suaminya, Anwar Ibrahim, ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pada tahun 1993. Tak lama setelah suaminya dijebloskan ke penjara oleh rezim Mahathir Mohamad pada 1998, dia mendirikan Partai Keadilan Rakyat.
Peran tersebut dilakoni sambil mengurus dan membesarkan keenam anaknya. Lewat partai itu dia masuk parlemen pada 1999 hingga 2008. Tapi Wan Azizah tetap merasa sebagai istri ketimbang sepenuhnya politisi. Dia bekhidmat kepada negerinya, tapi bekhidmat kepada suami dirasakannya menjadi lebih utama. Pada akhir Juli 2008, Wan Azizah memutuskan mundur dari parlemen untuk memberi jalan bagi Anwar yang memenangkan pemilu pada 26 Agustus 2008.
![]() |
Ketika Anwar kembali harus masuk penjara pasca putusan Mahkamah Agung pada 2015, dia kembali mengambil kendali partai dan memimpin gerakan oposisi terhadap pemerintah. Keputusan berat dibuatnya pada 2016 ketika harus berkompromi dengan diri dan keluarganya demi kepentingan yang lebih besar.
Ya, Wan Azizah akhirnya menerima permintaan Mahathir yang baru keluar dari Barisan Nasional (UMNO) untuk berkoalisi dengan Partai Keadilan Rakyat. Kedua pihak yang selama 18 tahun berbeda haluan itu kembali dipersatukan oleh kepentingan lebih besar: menumbangkan rezim Najib Razak yang mereka nilai korup.
Dia kembali harus bertindak realistis untuk memberi panggung lebih besar kepada Mahathir memimpin gerakan oposisi. Saat mengumumkan Mahathir sebagai calon perdana menteri dari kubu oposisi pada Januari lalu, Wan Azizah tampak berusaha keras menahan agar air matanya tak menetes, meski suaranya jelas bergetar dan nyaris tercekat.
"Saat ini saya pikir kita harus realistis. Anwar masih berada di penjara. Kita membutuhkan seseorang yang memiliki kredibilitas dan pengalaman untuk memimpin kita," kata Wan Azizah kemudian kepada Channel News Asia. "Mahathir sepakat dengan kita mengenai agenda reformasi. Saya pun mengenalkan dia tanpa adanya perasaan yang kita alami saat kepemimpinannya," ujarnya.
Sebelumnya, Mahathir pun telah menunjukkan sikap lebih objektif dalam menilai sosok Anwar. Dia mengakui mantan anak didiknya itu telah diperlakukan tidak adil. "Saya pikir, pemerintah harusnya mendorong agar Raja memberikan pengampunan penuh pada Anwar," ucap Mahathir seperti dilaporkan The Star, 7 Juli 2017.
***
Sebelum Mahathir menyambangi Anwar Ibrahim di sebuah persidangan, lalu saling lempar senyum dan berjabat tangan pada 3 September 2016, kedua istri mereka telah lebih dulu melakukannya. Ketika Wan Azizah menjalani opname di sebuah rumah sakit di Bukit Segambut, Dr Siti Hasmah Mohd Ali, istri Mahathir, datang membesuk.
Secara pribadi Hasmah sudah menganggap Azizah sebagai adiknya. Meski diakuinya, Azizah lebih dekat dengan kakaknya, Allahyarham Datuk Paduka Saleha Mohd Ali. "Kakak yang menjadi orang tengah (mak comblang) antara Azizah dan Anwar," kata Hasma kepada majalah Keluarga yang dikutip Malaysiakini.com, 23 Mei 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alkisah, ketika Datuk Zain, suami Saleha, sakit dan dirawat di Hospital Besar Kuala Lumpur (HBKL), Anwar beberapa kali datang membesuknya. Rupanya tak sekedar membesuk, tapi diam-diam Anwar terpikat dengan seorang dokter perempuan yang praktik di rumah sakit tersebut. Dialah Wan Azizah Wan Ismail, dokter ahli kandungan lulusan Irlandia. Selama 14 tahun, Azizah praktik di HBKL.
Mengetahui hal itu, Saleha dan Zain lalu menjodohkan keduanya. "Kakak dan Osman Awang yang mewakili Anwar meminang Azizah melalui orang tuanya," imbuh Hasmah.
***
Seruan Anwar ternyata didengar Rakyat Malaysia. Hasil pemilu, Kamis kemarin menunjukkan, Kubu Pakatan Harapan, koalisi oposisi yang dimotori Wan Azizah dan Mahathir, memenangkan 113 dari 222 kursi parlemen. Mahathir Mohamad pun telah resmi dilantik sebagai perdana menteri, dan Wan Azizah sesuai kesepakatan di antara partai-partai oposisi akan menjadi wakil perdana menteri.
"Saya dan Mahathir akan membantu reformasi dan mengembalikan pemerintahan saat ini memiliki tata kelola yang baik," kata Wan Azizah.
Sebagai dokter yang punya keahlian membedah dan aktif di yayasan kanker, dia mengibaratkan praktek korupsi di Malaysia bak kanker yang berbahaya dan meluas. Karena itu membutuhkan sentuhan dokter bedah untuk memulihkannya. Selain memberantas korupsi, peningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan menjadi fokus perhatiannya. "Itu semua karena saya adalah ibu dan nenek yang baik. Saya akan menangani urusan itu semua nanti," katanya.
Tapi Wan Azizah juga mengungkapkan bila dirinya cuma akan berperan sementara saja. Setelah suaminya keluar dari penjara, Juni nanti, dia akan mundur dari anggota parlemen untuk memberikan jalan bagi Anwar, seperti dilakukan pada 2008. Dengan begitu, Anwar lah yang akan menjadi PM untuk jangka waktu lama. "Saya akan memilih mendampingi suami dari segi spiritual dan rumah tangga," ujarnya.
(jat/jat)