Agustus 2018 nanti, Laura dan Stefanus berencana untuk menikah. Keduanya sudah menjalin hubungan asmara selama sepuluh bulan.
Kisah cinta keduanya ini bersemi di lapangan bulutangkis di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Hobi olahraga itulah yang akhirnya mempertemukan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun rupanya, kisah cinta keduanya tidak berjalan mulus. Selama pacaran, mereka sering terlibat cekcok. Bahkan, karena hal-hal kecil.
"Informasi sekitar, mereka sering cekcok masalah sepele. Sepertinya temperamen dua-duanya tinggi. Beberapa kali berantem," ucap Iver.
Meski sering cekcok, mereka memutuskan untuk menikah pada Agustus 2018. Mereka pun telah melangsungkan sesi foto prewedding pada Rabu (2/5).
Tapi rupanya, jenjang di antara keduanya membuat mereka cekcok besar. Stefanus merasa direndahkan karena korban mengungkit biaya pernikahan sebesar Rp 250 juta yang ditanggung oleh pihak perempuan.
"Pelaku merasa direndahkan karena perempuan sering singgung masalah ekonomi tersangka. Biaya pernikahan akhirnya ditanggung oleh pihak perempuan," kata Iver.
Emosi Stefanus tak terkendalikan. Hingga akhirnya dia menusuk korban dengan pisau. Pembunuhan itu dilakukan di rumah korban di Gambir, Jakarta Pusat pada Kamis (3/5).
Setelah mengetahui korban tewas, Stefanus panik dan akhirnya memutuskan untuk membuang jenazah korban. Dia membawa jasad korban dengan diselimuti kain sprei.
Awalnya, pelaku berniat untuk membuang mayat korban di Sukabumi. Namun, akhirnya diputuskan korban akan dibuang di Tangerang.
Stefanus kemudian pergi ke rumahnya di Pekojan, Tambora Jakarta Barat sekitar pukul 10.00 WIB. Di sana dia minta bantuan kepada Azis dan tiga temannya yang merupakan pegawai paman tersangka untuk menemaninya ke Tangerang.
"Saksi nggak tahu (ada mayat di mobil). Karena dia (pelaku) berbohong. (Pelaku bilang), itu kain bekas mau dibuang di Tangerang. Jadi mereka tidak tahu," ucap Iver.
Saat diajak, Azis melihat sepeti kaki manusia pada bungkusan kain yang diletakan di bagian tengah mobil. Akhirnya, dia dan satu temannya tidak ikut serta.
"Yang ikut dua orang. Inisial AR di depan, sedangkan EB di tengah. Sedangkan mayat disimpan di bawah," ucap Iver.
Dalam perjalanan, Stefanus Sempat membeli bensin di sebuah warung. Bensin itulah yang nantinya akan digunakan untuk membakar mayat Laura.
Sesampainya di pantai di kawasan Tangerang pada Jumat sekitar pukul 01.00 atau 02.00 WIB, Stefanus mengangkat mayat sendiri. Kedua orang lainnya takut karena curiga dengan buntalan kain tersebut.
"Di sana, baru mereka kaget. Kok ada seperti jenazah terbungkus kain. Mereka tidak bantu di sana," kata Iver.
Pada Jumat sekitar pukul 18.00 WIB, Azis melaporkan ada penemuan mayat dalam mobil di Pekojan, Tambora. Dia merasa takut hingga akhirnya memutuskan untuk melapor.
"Dia nggak bisa tidur. Dia gelisah, saya (Azis) meski lapor," kata Iver.
Setalah mengecek ke lokasi penemuan, polisi tidak menemukan mayat. Kemudian, ada laporan bahwa ditemukan mayat hangus terbakar di pantai Desa Karang Serang.
"Akhirnya, setelah itu, kita minta keterangan pelapor. Dan akhirnya mengamankan pelaku sekitar pukul 22.00 WIB malam," ucap Iver. (mei/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini