Kasus Stefanus, Jangan Bunuh Pasangan Sekalipun Merasa Direndahkan!

Kasus Stefanus, Jangan Bunuh Pasangan Sekalipun Merasa Direndahkan!

Nur Indah Fatmawati - detikNews
Senin, 07 Mei 2018 08:20 WIB
Laura semaza hidup (Foto: dok. Istimewa).
Jakarta - Kasus pembunuhan Laura oleh kekasihnya, Stefanus, diduga terjadi karena sang pria merasa direndahkan oleh calon istrinya tersebut. Menurut pengamat sosial-budaya UI Devie Rahmawati, pembunuhan tersebut harusnya tak terjadi meskipun salah satu pihak merasa direndahkan.

"Artinya gini, ketika dia tahu pasangannya sedang dalam kondisi misalnya yang cukup over, biasanya pasangan yang satu akan menahan diri. Tapi sebaliknya, jika pasangan yang satu juga mengalami kondisi yang tidak biasa, biasanya kalau pasangannya sudah saling mengerti itu akan berusaha menurunkan egonya untuk bisa menahan sejenak untuk tidak ikut juga larut dalam pertengkaran yang bisa semakin membesar," ucap Devie saat dihubungi detikcom, Minggu (6/5/2018).

Jika ego tidak dikontrol ada kesempatan melakukan kekerasan pada pasangan, maka bisa berujung seperti kasus Laura-Stefanus. Namun, pertengkaran dalam suatu hubungan disebutnya 'cukup baik' jika bentuknya produktif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah bertengkar, saling mengeluarkan hal-hal tidak nyaman kemudian didiskusikan dan dicari jalan keluarnya. Yang tidak produktif adalah ketika itu hanya sekadar saluran melampiaskan emosi, tapi kemudian tidak ada solusi dan tidak ada upaya perbaikan dari kedua belah pihak, merespons penyebab dari kemarahan tersebut," kata dia.

Dalam kasus ini, ia menduga bisa saja Laura punya harapan tertentu pada Stefanus. Tetapi, lanjut Devie, Laura tidak tahu bagaimana cara mengatakan pada calon suaminya itu.

"Nah, caranya salah, dengan malah justru memojokkan. Padahal kalau dia misalnya mendorong, terus memberikan semangat, dan sebagainya mungkin hasilnya akan berbeda di calon suaminya. Sehingga tujuan dia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik tercapai," ujarnya.

Menurutnya, setiap pasangan harus mau dan mampu mengenal pasangan dalam berbagai situasi. Selanjutnya, masing-masing harus berani menyampaikan apa yang disukai dan tidak, untuk mempersempit ruang 'kejutan' terhadap pasangan.

"Kekecewaan terjadi karena tingginya gap antara harapan dan kenyataan. Oleh karenanya dengan lebih awal menampilkan kenyataan diri masing-masing, maka ruang kecewa menjadi lebih kecil," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Stefanus membunuh Laura di Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, pada Kamis (3/5) lalu. Kedua orang tersebut awalnya cekcok sampai akhirnya Stefanus menusuk Laura di bagian perut, dada dan punggung.

Setelah itu, jenazah korban dibawa Stefanus pergi untuk menghilangkan jejak. Pelaku membawa korban ke pantai Desa Karang Serang, Tangerang untuk dibakar. Setelah dilakukan penyelidikan, polisi kemudian menangkap Stefanus pada Sabtu (5/5) sekitar pukul 05.00 WIB.



Simak video terkait di 20Detik:
(nif/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads