Hal tersebut tertuang dalam pernyataan bersama OKI yang dikeluarkan di akhir berlangsungnya konferensi OKI di Bangladesh pada Minggu (6/5) waktu setempat, seperti dilansir News.com.au, Senin (7/5/2018).
OKI menyatakan akan terus bekerja sama dengan PBB dan badan-badan dunia lainnya untuk menangani pelanggaran hak-hak yang terjadi di Myanmar. Pernyataan OKI ini senada dengan pernyataan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat sebelumnya yang menyebut pembersihan etnis sedang terjadi di Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sangat penting. Ini salah satu langkah konkret yang telah diambil untuk meringankan masalah bagi saudara-saudari Rohingya kita," ujar Al-Othaimeen seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (7/5/2018).
Lebih dari 700 ribu warga Rohingya telah mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh sejak Agustus 2017 lalu, menyusul operasi militer Myanmar yang dilakukan setelah serangan militan-militan Rohingya ke pos-pos kepolisian dan pangkalan militer Myanmar. Operasi militer itu dilaporkan sarat dengan kekerasan dan kekejian, termasuk pembakaran rumah, pemerkosaan dan pembunuhan warga Rohingya.
Menteri Luar Negeri Bangladesh A.H. Mahmood Ali menyatakan, para delegasi OKI menjanjikan solidaritas dengan negaranya "dalam menghadapi besarnya aliran masuk pengungsi Rohingya dengan konsekuensi kemanusiaan dan keamanannya." (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini