Melihat sekilas taman yang memiliki luas 4 hektare ini nampak mulai bersih. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang nampak kumuh akibat banyaknya semak.
"Tahun 2017 lalu kami ada Corporate Social Responsibility (CSR) dengan dana Rp 100 juta, kami alokasikan untuk pemasangan lampu dan papan nama taman serta pembersihan semak," tutur Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sapto Djatmiko, Senin (7/5/2018).
Sapto menambahkan tahun 2018 ini melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dialokasikan dana Rp 300 juta untuk membangun jogging track dan pagar besi atau teralis.
"Supaya warga kalau ke sana bisa olahraga sekaligus menikmati flora dan fauna di sana, kan di taman hayati ini ada fauna juga," ujar dia.
Taman Keanekaragaman Hayati yang sepi pengunjung (Foto: Charoline Pebrianti) |
Selain itu, demi menambah kenyamanan warga juga disediakan gazebo sebagai tempat beristirahat. "Kami juga menambah petugas yang awalnya hanya ada dua sekarang jadi 10," imbuh Sapto.
Meski berbagai fasilitas yang dipersiapkan sudah matang, taman hayati tetap saja terlihat sepi. Tidak nampak warga mengunjungi taman hayati.
"Mungkin karena lokasinya agak ke perbatasan antara Ponorogo-Madiun, banyak warga yang lebih memilih ke taman kota karena lebih dekat," tukas Sapto.
Namun Sapto meyakini jika pembangunan nanti sudah rampung dan dilakukan promosi, pasti banyak warga yang berlibur kesana. "Rencana juga akan saya bangun rest area, karena jalan itu jalan penghubung antar kota. Pasti ramai kalau ada tempat istirahat dan tempat makan," papar dia. (iwd/iwd)












































Taman Keanekaragaman Hayati yang sepi pengunjung (Foto: Charoline Pebrianti)