Tentang Kematian Rizky dan Mahesa di Bagi Sembako Monas

Tentang Kematian Rizky dan Mahesa di Bagi Sembako Monas

Gibran Maulana Ibrahim - detikNews
Minggu, 06 Mei 2018 09:17 WIB
Foto: Komariah (kanan), ibunda bocah Rizky (Denita-detikcom)
Jakarta - Muhammad Rizky Syahputra (10) dan Mahesa Junaedi (12) tewas usai pembagian sembako oleh Forum Untukmu Indonesia di Monas. Sejumlah fakta mulai terkuak dari kejadian ini.

Rizky dan Mahesa awalnya diduga tewas akibat berdesak-desakan dan dehidrasi saat pembagian sembako. Untuk Rizky, bocah malang itu mengalami kejang-kejang usai terjadi kericuhan di bagi-bagi sembako. Ibu Rizky, Komariah, lalu berusaha menyelamatkan anaknya.

"Dengan sekuat tenaga, Ibu Komariah menolong dan mengamankan korban dan dibawa ke bawah pohon," kata Fayyadh yang saat itu merupakan kuasa hukum keluarga Komariah, ibunda Rizky, di Bareskrim Polri, gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jalan Medan Merdeka, Timur, Jakarta Pusat, Rabu (2/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pada saat dibawa di bawah pohon, Komariah memberikan pertolongan pertama dengan memberi minum kepada Rizky. Pada saat yang sama, Rizky malah muntah dan kejang-kejang. Dalam kondisi itu, lanjut Fayyadh, tidak ada satu orang pun panitia yang membantu Rizky. Alasannya, para panitia tengah sibuk mengurus acara yang masih berlangsung dan ricuh.

Tak lama kemudian, dua anggota TNI membantu Komariah membawa Rizky ke posko kesehatan yang ada di Monas. Sampai di posko, tidak ada dokter yang menangani Rizky karena tidak ada peralatan dan infus.

"Akhirnya dibuatkan surat rujukan ke RSUD Tarakan," kata dia.


Korban pun diantar ke RSUD Tarakan menggunakan mobil ambulans dari pihak panitia. Tiba di RSUD Tarakan pukul 14.00 WIB, korban langsung dibawa ke ruang Instalasi Gawat Darurat hingga Minggu (29/4) pukul 02.00 WIB sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang PICU sampai pukul 04.35 WIB. Rizky lalu dinyatakan meninggal dunia oleh dokter yang menangani.

Cerita Mahesa tak jauh beda dengan Rizky. Semua berawal dari kericuhan saat bagi-bagi sembako. Bedanya, Mahesa berangkat bersama temannya, tidak seperti Rizky yang diajak ibunya.
Mahesa, kata Djuanedi, tidak mendapatkan kupon pembagian sembako.

"Di sana, anak saya dapat makan oleh panitia kata orang tua sahabat anaknya. Saat di Monas, dia pegang-pegangan tangan sama sahabatnya. Temannya itu terjatuh terus pisah. Teman anak saya panik dan anak saya panik," tutur Djunaedi, ayah Mahesa.


Djuanedi bercerita dirinya sempat mengantar istrinya ke Stasiun Kota untuk berobat ke RS Pelni. Dia lalu berpesan kepada anaknya untuk tidak ke mana-mana setelah itu.

"Jam 3 (15.00 WIB) istri saya calling saya, sudah balik di rumah. Dia kabari saya, terus tanya anak ke mana? 'mungkin main'. Saya lanjut kerja," lanjut Djunaedi.
Fakta-fakta Kematian Rizky dan Mahesa di Bagi Sembako MonasFoto: Djunaedi, ayah Mahesa (Isal Mawardi/detikcom)


Satu jam kemudian, Djunaedi kembali ditelepon istrinya. Waktu itu istrinya mengabari kalau Mahesa hilang di Monas. Istrinya mengatakan informasi itu didapat dari Akmal, sahabat Mahesa.

"Anak saya biasa dipanggil sosis di rumah. Akmal bilang 'Mama Sosis, Sosis sudah pulang? Tadi berpisah di Monas. Dia lalu ke Monas'. Saya berangkat dari Kelapa Gading ke Monas, istri saya sudah di sana. Di depan pintu Monas ketemu sama istri," kata Djunaedi.

Dia, istrinya, dan 3 keponakannya lalu berpencar mencari Mahesa. Mereka berkeliling dan bertanya ke panitia. Hingga akhirnya pukul 21.00 WIB, pihak panitia mengabari Djunaedi bahwa ada petugas Satpol PP yang menemukan seorang anak. Dia lalu diarahkan ke RS Tarakan.

"Saya tanya ke petugas kepolisian, ini kenapa? Mengeluarkan darah dari hidung? Katanya nanti bapak dipanggil pihak dokter yang nanganin. Menurut versi dokter, anak saya masuk ke Rumah Sakit Tarakan jam setengah empat sore sudah tidak sadarkan diri," tutur Djunaedi.


Djunaedi mengaku tak akan melaporkan panitia bagi-bagi sembako, yaitu Forum Untukmu Indonesia. Beda denga Djunaedi, Komariah telah melayangkan laporan polisi ke Bareskrim Polri sebelum akhirnya dilimpahkan ke Polda Metro Jaya. Namun, Sabtu (5/5/2018), laporan itu dicabut.

"Si ibu justru menghilangkan tuntutan. Si ibu mengikhlaskan (anaknya). Dia merasa kejadian ini sebagai sebuah takdir oleh karenanya ia telah meminta permintaan damai dengan pihak sana (panitia) dan menghilangkan tuntutan yang sudah diajukan," ujar Irfan Iskandar, pengacara Komariah yang menggantikan Fayyadh. (gbr/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads