Karenanya, ia rela jauh-jauh datang dari kampung halamannya di Oe Oe, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Empat tahun menghafal di Tangerang, selama itu pula Rahma belum pulang ke tempat asalnya untuk bertemu orangtua dan sanak saudara.
Tekadnya kuat, ia ingin mendalami ilmu-ilmu Islam dan Alquran agar saat kembali ke kampung, Rahma sudah punya bekal yang cukup untuk membangun desanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui hafalan Quran, Rahma juga ingin membahagiakan kedua orangtuanya dan memberikan mahkota di surga kelak. Meskipun, ia belum pernah sama sekali bertemu ayah kandungnya sejak lahir. Keduanya berpisah saat Rahma masih di dalam rahim sang ibu.
"Jadi sampai sekarang Rahma belum ketemu Papa. Mama juga enggak pernah kasih tau keberadaan Papa. Mudah-mudahan dengan hafalan Quran yang Rahma punya, Allah kasih kesempatan Rahma bertemu dengan Papa," harapnya.
Permasalahan hidup tak menghalangi langkah Rahma memiliki banyak cita-cita. Justru, ia makin semangat meraih mimpi-mimpinya.
Setelah jadi ustazah nanti, Rahma berencana membangun pesantren. Ia sangat terinspirasi sosok Ustaz Yusuf Mansur yang sudah membangun puluhan pesantren dan ratusan rumah tahfizh di berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia.
Rahma pun bersyukur berada di Rumah Tahfizh Daarul Qur'an Ciledug. Tinggal bersama teman-teman seperjuangan untuk menghafal Alquran semakin memotivasi dirinya meraih impian.
"Rahma juga ingin kuliah di Mesir supaya bisa menambah ilmu untuk membangun desa dan Indonesia. Mudah-mudahan Allah mengabulkan setiap cita-cita Rahma," harapnya lagi.
Rahma adalah salah satu dari puluhan ribu santri rumah tahfizh yang juga punya cita-cita setinggi langit. Menjadikan Rahma dan santri-santri rumah tahfizh lainnya generasi penghafal Quran merupakan ikhtiar PPPA Daarul Quran guna membangun Indonesia dan dunia dengan Alquran. (ega/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini