Chief of Foundation Daarul Quran, Ahmad Jameel, menjelaskan para hafidz dan hafidzah Alquran yang diwisuda tersebut merupakan santri yang sudah melewati ujian hafalan Alquran minimal 5 juz untuk santri setingkat SD, 15 juz untuk santri SMP, dan 30 juz untuk mereka yang bersekolah di SMA.
"Ada dua, wisuda akbar dan tahfidz nasional. Kalau akbar kita peruntukkan untuk umum dari rumah-rumah tahfidz dan masyarakat secara umum. Itu kategori surat terbatas seperti Al Mulk, Ar Arhman, An Naba, dan surat-surat pendek lain. Kalau wisuda tahfidz nasional ini khusus untuk santri-santri Pesantren Tahfidz Alquran, Pesantren Daarul Quran, sekolah full day Daarul Quran, dan rumah-rumah Tahfidz," terang Jameel di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Minggu (29/4/2018)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sebelum dinyatakan lulus dan selanjutnya diwisuda, para santri ini haruslah memenuhi syarat yang disebut mutqin, yakni tingkat hapalan di luar kepala lengkap dengan bacaan tajwidnya (bunyi dan pelafalan Alquran). Jumlah yang diwisuda tahun ini jauh lebih banyak ketimbang tahun lalu yang tercatat sebanyak sekitar 300 santri.
"Dia harus mutqin atau hafalannya enggak boleh salah, harus di luar kepala. Minimal harus mutqin 2 juz untuk yang kategori 5 juz, yang 15 juz harus 5 juz mutqin, kemudian yang 30 juz dia 10 sampai 15 juz harus mutqin. Ini biar ada semangat, yang daftar ada 1.000 yang diseleksi. Ini mereka yang lolos seleksi selama sekitar 2 bulan," ujar Jameel.
Dia menuturkan, saat ini mulai banyak perguruan tinggi, baik dalam dan luar negeri, yang memberi peluang lebih besar pada hafidz untuk melanjutkan pendidikannya. Kampus-kampus tersebut juga memberikan fasilitas beasiswa, sehingga bisa menjadi penyemangat lebih banyak penghapal Alquran di Indonesia.
"Ada sudah beberapa (perguruan tinggi) di Indonesia buka jalur buat para hafidz tanpa harus bayar. (Di luar negeri) syarat 30 juz di luar negeri masuk Al Azhar, kemudian ada Universitas Madinah, dan kampus lain," kata Jameel.
Dia mengungkapkan, Daarul Quran yang dirintis Ustaz Yusuf Mansur ini terus berupaya menambah jumlah penghafal Alquran di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga membuka program-program pelatihan membaca Alquran di berbagai daerah di Indonesia.
"Program Kampung Quran ada beberapa di kampung tertinggal seperti di NTT, Halmahera, dan daerah lain. Kita bangun rumah, bangun masjid, kita tanam satu ustaz yang stanby, mereka bisa belajar Quran di sana. Kemudian program Quran Call yang digemari, belajar Quran lewat telepon gratis. Ustaznya standby dari jam 7 pagi sampai 10 malam. Yang laki-laki dan perempuan, sekarang 40.000 jumlah santrinya," ucap Jameel.
Baca Juga: Rian D'Masiv dan Sejumlah Artis Ikut Gerakan Sedekah Nasional
Dia menuturkan, menghafal Alquran sejatinya bisa dilakukan siapa pun dan mudah dilakukan, asalkan dengan niat dan tekad yang kuat. Prinsip tersebut yang coba ditanamkan Daarul Quran kepada santri-santrinya.
"Pertama niat harus kuat, motivasi harus kuat. Kalau tidak, nanti baru satu dua halaman sudah kendor. Kemudian setelah niat kuat minta kemudahan, hafalin yang biasa dipakai salat, Juz Amma, baru masuk yang lebih sulit. Biasanya kalau lewat 1-2 juz akan termotivasi. Kemudian murajjam atau pengulangan. Lebih penting mengulang daripada tambah hapalan baru," pungkas Jameel. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini