Nasib Trenyuh Bocah Ardi, Tak Sekolah karena Rawat Ibu Lumpuh

Hari Pendidikan Nasional

Nasib Trenyuh Bocah Ardi, Tak Sekolah karena Rawat Ibu Lumpuh

Eko Sudjarwo - detikNews
Rabu, 02 Mei 2018 11:43 WIB
Foto: Eko Sudjarwo/detikcom
Lamongan - Ardiyansyah (10), siswa kelas 5 SDN Kandangrejo, Lamongan, kehilangan banyak waktu belajar. Satu semester terakhir ia tak ke sekolah karena memilih menjaga ibunya yang lumpuh.

Nasib trenyuh Ardi, sapaan Ardiyansyah, terungkap saat komunitas Berbagi dengan Ikhlas (Berkas) bertandang ke SDN Kandangrejo, Desa Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Jumat (27/4). Salah satu personel Berkas, Bripka Purnomo, menceritakan hal itu.

"Seperti biasa, ketika itu kita membagikan amplop senyum dan juga tas kepada anak yatim di sekolah," katanya, Rabu (2/5/2018).

Relawan 'disambati' seorang guru. "Dari para guru, kami ketahui kalau meski bukan anak yatim, tapi kondisi anak Ardiyansyah sepatutnya dibantu," terangnya.

Saat berkunjung ke rumah Ardi di Dusun Kedung, Desa Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Lamongan, diketahui ibu Ardi, Fitri Maya Wulandari (34), sakit sejak 5 tahun lalu. Sebelum sakit Fitri kerap tak sadarkan diri, lama-lama lumpuh. Berdasarkan diagnosis medis, ia sakit di bagian saraf.


Suami Fitri, Puryanto (38), berupaya membawa ke puskesmas hingga rumah sakit. Fitri tak kunjung sembuh. Karena tak punya biaya, akhirnya Fitri hanya di rumah. Dan karena Puryanto harus bekerja sebagai buruh serabutan, maka Ardi yang menjaga ibunya. Ardi juga yang menyuapi ibunya tiap pagi dan sore.

Guru Pendidikan Agama SDN Kandangrejo, Abdul Rouf, menyatakan semester lalu, Ardi masih masuk sekolah meski jarang-jarang. Saat masuk kelas itu, Ardi selalu pulang saat jam istirahat untuk menyuapi ibunya yang sakit.

"Yang semester ini, Ardiyansyah tidak masuk sekolah sama sekali," kata Rouf.

Para relawan bersepakat tidak hanya membantu Ardi tapi juga membantu keluarganya. Ardi dibelikan sepeda agar bisa bolak-balik antara sekolah dan menjaga ibunya yang lumpuh.

Ardi di toko sepedaArdi di toko sepeda (Foto: Eko Sudjarwo/detikcom)
Bripka Purnomo menyatakan, pada awalnya, kedatangan para relawan ke rumah Ardi sempat ditolak. Saat itu, kata Purnomo, keluarga takut yang datang adalah orang-orang dari parpol yang akan mengeksploitasi mereka. "Makanya, ketika datang, saya pun terpaksa memakai seragam, agar tidak dikira yang bukan-bukan," ucap anggota Satlantas Polsek Babat Lamongan ini.

Ardi tak berada di rumah saat ini. Ia dan bapaknya ke Jakarta karena diundang interview di salah satu stasiun televisi.

(trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.