Konflik antara warga dengan kepala dukuh setempat, Haris Zulkarnaen, telah bergulir sejak delapan bulan lalu. Sebagian besar warga tidak puas dengan hasil tes kepala dukuh. Buntutnya mereka menolak dicoklit petugas dan mengancam golput jika kepala dukuh tidak diganti.
Selain memasang spanduk mengancam golput, warga juga memasang kertas menolak kedatangan Pantarlih yang hendak melakukan coklit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Ambarketawang, Sumaryanto, mengaku sudah mencoba memediasi warga dengan kepala dukuh. Hanya saja warga tetap ngotot menuntut dukuh dicopot dari jabatannya.
"Pemdes sudah berkoordinasi dengan Camat, kita akan cari solusi permasalahan ini. Besok Senin kita mediasi pertemuan warga dengan kepala dukuh. Tapi yang saya tekankan, antara persoalan warga dengan kepala dukuh dengan Pemilu, tolong dibedakan," ujarnya.
Ratusan warga Dusun Depok, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman, menolak coklit oleh petugas Pantarlih. Mereka juga mengancam golput saat Pileg dan Pilpres 2019.
"Bukan kita menolak berpartisipasi dalam Pemilu, tidak. Tapi sebelum kepala dukuh diganti, sekitar 90 persen warga di Dusun Depok menolak dicoklit, didata oleh petugas pantarlih," kata Ketua Forum Peduli Depok, Adi Triyamto.
Sedangkan Kepala Dukuh Depok, Haris Zulkarnaen, menyebut coklit maupun ancaman warga yang akan golput saat Pemilu 2019 tidak terkait dengan tugas kerjanya. Menurutnya, setiap warga yang telah memenuhi syarat diberi hak suara untuk berpartisipasi dalam Pemilu.
"Mau dipakai atau tidak, itu hak pribadi. Mungkin nanti tugasan KPU untuk sosialisasi," ujarnya. (mbr/mbr)











































