"Belum bisa diatasi. Karena menurut analisa tim pertambangan itu, ada namanya trap gas, gas yang terjebak itu. Itulah yang mendorong api terus menyala," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek saat dimintai konfirmasi detikcom, Kamis (26/4/2018) pukul 01.50 WIB.
Dadek menjelaskan tim dari Dinas ESDM Pemerintah Provinsi Aceh saat ini melakukan pengamatan untuk melihat apakah semburan api akan mereda seiring dengan waktu. "Tim pertambangan dipimpin langsung oleh Kadis (ESDM)-nya, Insinyur Akmal Husein. Mereka bilang kalau gas terjebak biasanya kobaran api akan habis dengan sendirinya. Tapi waktunya tak menentu, bisa 2-3 hari, bisa 2-3 minggu," jelas Dadek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara penanggulangan bencana, kita melakukan evakuasi supaya masyarakat jangan lewat lokasi dan apinya jangan sampai membakar rumah dan sumur yang lain," tutur Dadek.
Ledakan sumur minyak ini terjadi sekitar pukul 02.00 WIB dini hari kemarin, Rabu (25/4). Ledakan terjadi saat warga ramai-ramai menggali lokasi keluarnya minyak. Warga hendak mengumpulkan minyak untuk disimpan dalam drum.
Akibat ledakan ini, 19 orang tewas dan 40 orang lainnya luka berat. Para korban luka berat sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Zubir Mahmud di Idi Rayeuk, Rumah Sakit Graha Bunda di Idi Rayeuk, dan Rumah Sakit Umum Sultan Abdul Azis Syah di Peureulak. (aud/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini