Ketua DPR Bambang Soesatyo mengungkapkan keprihatinan masih rendahnya rasio perempuan di legislatif. Menurut pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut, pada periode 2014-2019 jumlah anggota Dewan wanita justru mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Untuk itu, ia berharap di periode berikutnya partisipasi perempuan di DPR bisa meningkat.
"Terus terang, saya masih menyimpan keprihatinan yang mendalam. Realitas politik saat ini menunjukkan keterwakilan perempuan di DPR RI belum pernah menembus angka 30 persen. Justru di DPR RI periode 2014-2019, persentase anggota perempuan malah menurun dibanding periode sebelumnya. Saya harap, di periode 2019-2024 jumlahnya bisa meningkat signifikan," harap Bamsoet dalam keterangan tertulis, Rabu (25/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan setidaknya ada tiga kendala yang menjadikan keterwakilan perempuan di parlemen masih rendah. Pertama, partai politik belum sepenuhnya memberikan kesempatan dan peluang yang luas kepada kaum perempuan. Kedua, kaum perempuan sendiri belum siap berkompetisi secara terbuka dalam dunia politik.
Terakhir, kultur masyarakat belum sepenuhnya berpihak pada peningkatan peran kaum perempuan. Ia menilai kendala tersebut harus diselesaikan semua pihak agar partisipasi perempuan dalam bidang politik bisa meningkat.
Diketahui, sejak era Reformasi DPR RI periode 1999-2004, ada 45 perempuan (9 persen) dari 500 jumlah anggota DPR. Jumlahnya meningkat menjadi 61 perempuan (11,09 persen) dari 550 anggota DPR RI di periode 2004-2009.
Kemudian sewindu Reformasi, pada periode 2009-2014, jumlah perempuan di DPR RI meningkat tajam menjadi 101 perempuan (18,04 persen) dari 560 anggota DPR RI. Jumlah ini justru menurun pada periode 2014-2019, yang hanya menempatkan 97 perempuan (17,32 persen) dari 560 anggota DPR RI.
Hal itu diungkap Bamsoet dalam seminar dan lokakarya 'Kartini di Era Digital: Perempuan, Inovasi, dan Teknologi' yang diselenggarakan Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) di DPR, Jakarta, hari ini. Selain di parlemen, Bamsoet meminta kaum perempuan berperan di bidang industri.
Dia ingin kaum perempuan terlibat aktif dalam revolusi digital. Itu karena peran aktif perempuan dalam revolusi digital masih minim. Untuk itu, ia meminta kaum Hawa lebih aktif terlibat di dalamnya.
"Diperlukan berbagai solusi untuk meningkatkan peran perempuan dalam revolusi digital. Salah satunya dengan melibatkan perempuan dalam sektor digital atau digital fluency," imbuh dia.
Baca juga: Bamsoet: Paling Ideal Jokowi Gandeng Prabowo |
Dia mengatakan hasil penelitian Accenture, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konsultasi manajemen, pelayanan teknologi, dan outsourcing, menunjukkan, jika pemerintah dan dunia usaha mempercepat keterlibatan perempuan dalam sektor digital atau digital fluency, kesetaraan gender di dunia kerja pada negara berkembang akan terwujud pada 2040.
"Pemerintah Indonesia melalui kementerian terkait harus mengambil inisiatif untuk meningkatkan peran perempuan dalam menghadapi revolusi digital dengan berbagai program dan kegiatan yang dibutuhkan perempuan. Dorong perempuan mengikuti pendidikan berbasis IT, termasuk pendidikan vokasi supaya lebih mudah terserap dunia kerja," kata Bamsoet.
Ia sendiri merasa optimistis perempuan Indonesia bisa memanfaatkan berbagai peluang, sehingga bisa meningkatkan keterwakilannya di berbagai bidang melalui revolusi digital.
"Saya yakin, perempuan Indonesia bisa mengubah berbagai tantangan yang dihadapi menjadi peluang. Di dunia politik, misalnya, digitalisasi bisa digunakan kaum perempuan dalam menjalankan strategi political marketing sehingga dapat menjaring konstituen secara luas," pungkasnya. (idr/ega)