"Perempuan bisa menyejahterakan dirinya, menyejahterakan keluarganya, baru kemudian menyejahterakan lingkungannya. Itu yang harus dimiliki semua perempuan," kata Puan dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu (21/4/2018).
Puan menuturkan keputusan menetapkan 21 April sebagai Hari Kartini diterbitkan Presiden Soekarno dalam Keputusan Presiden RI Nomor 108/1964 pada 2 Mei 1964. Dia mengatakan semangat Kartini dalam mencerdaskan bangsa dan memperjuangkan emansipasi wanita harus terus dijaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menko yang gemar menari ini juga memberi perhatian pada literasi nasional yang jadi fokus perjuangan Kartini. Pemerintah, kata Puan, melakukan banyak cara dalam menekan angka buta huruf di seluruh Indonesia, di antaranya dengan menggalang relawan literasi dan membangun lebih dari 6.000 taman bacaan masyarakat (TBM).
Untuk menambah kecepatan menekan angka buta huruf, kata Puan, Presiden Joko Widodo menggulirkan program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan menyetujui delapan butir literasi yang salah satunya adalah pengiriman buku secara gratis melalui Kantor Pos setiap 17 Agustus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, sekitar 3,4 juta orang Indonesia masih terhitung sebagai buta huruf, menurun dari angka buta huruf pada 2014 yang mencapai 5,9 juta. Dari angka buta huruf tersebut, sebanyak 2.258.990 di antaranya adalah perempuan.
"Semangat Kartini selalu menginspirasi kami meluaskan akses pendidikan dan menekan angka buta huruf," ungkap Puan. (tor/gbr)