Di tengah gelombang Selat Malaka, inilah jalur transaksi narkoba terbesar di wilayah Indonesia bagian barat. Narkoba dibawa dari Malaysia untuk dipasok ke Indonesia. Di tengah laut itulah, para sindikat narkoba saling bertransaksi.
"Di tengah laut mereka bertransaksi. Tetapi mereka yang bertransaksi ini juga hanya sekedar orang suruhan saja. Mereka dikendalikan seseorang untuk saling bertemu di tengah laut," kata Dir Resnakoba Polda Riau, Kombes Haryono melalui Wadir Resnarkoba, AKBP Andri Sudarmadi dalam perbincangan pada detikcom, Kamis (19/4/2018).
Mereka yang bertransaksi ini pun tidak saling mengenal. Tugas pembawa narkoba dari Malaysia hanya sebatas bertemu dengan kapal dari Indonesia yang menunggu di tengah laut. Mereka tidak terlibat dalam transaksi keuangan, mereka hanya menampung barang narkoba baik jenis sabu atau ekstasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari tengah laut, kapal dari Riau pun hanya bertugas untuk mengantarkan sampai ke bibir pantai. Lokasinya, tergantung pada pihak yang mengendalikan di darat. Kapal pembawa narkoba tadi nantinya akan ditunggu kurir lainnya di darat.
"Lagi-lagi antara pembawa narkoba dari tengah laut sampai ke darat, tidak saling kenal. Tugas dari kapal hanya selesai sampai digaris pantai," kata Andri.
Setelah titipan narkoba sampai di pantai, penjemput dari tim darat telah menunggu. Mereka tidak saling kenal. Yang mengendalikan tim laut juga berbeda dengan yang mengendalikan dari tim darat.
"Jadi pengiriman sabu dari luar negeri ini berestafet gitu. Dari laut, masuk pantai. Dari pantai baru akan ditampung kembali. Dan mereka ini sama sekali tidak saling mengenal antara awak kapal sebagai pembawa dengan sindikat penampung di pantai," kata Andri.
Setelah barang haram diamankan di pantai, dengan sendirinya tugas awak kapal pun sudah usai. Tanggung jawab berikutnya ada di tangan di darat. Jika mereka menampung di salah satu wilayah pesisir Riau, maka bisa jadi akan di bawa ke Pekanbaru. Atau bisa jadi dari kawasan pantai mereka membawanya ke Jambi, atau Sumatera Utara.
"Tergantung petunjuk dari yang mengendalikan. Jika disuruh bawa ke Pekanbaru ya mereka segera membawanya," kata Andri.
Baca Juga: Buwas: Penyelundup Narkoba Musuh Negara, Habisi Saja
Mereka yang menjemput narkoba di pantai ini, tentunya difasilitasi transportasi yang disediakan si pengendali. Tugasnya hanya membawa narkoba dari kawasan pesisir ke Pekanbaru.
"Nah, sampai di Pekanbaru, misalnya, nanti ada lagi yang menerimanya. Lagi-lagi mereka ini juga tidak saling kenal," kata Andri.
Dari tangan sindikat yang menerima di Pekanbaru, barang haram ini nantinya diterima pihak agen lainnya. Mereka juga tidak saling mengenal.
Dari penampung di Pekanbaru, bisa jadi barang narkotika ini akan kembali menyebar ke sejumlah provinsi yang ada di Sumatera atau di Jawa. Untuk pengiriman ke provinsi lain, lagi-lagi dibawa kurir yang berbeda lagi.
"Mata rantainya sangat panjang. Mengapa kita sebut mata rantai yang terputus, karena setiap kali terjadi estafet membawa narkoba mereka tidak saling kenal," tutup Andri. (cha/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini