Kampung yang sering disebut kampung empu itu terletak di Desa Suren, Kecamatan Kutoarjo. Mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari hasil penjualaan alat-alat pertanian seperti sabit, cangkul, kapak, pedang, golok dan lain-lain. Hingga kini mereka masih menekuni pembuatan berbagai alat pertanian dari besi dan baja.
Salah satu pengrajin atau empu, Muhrodin (50) kepada detikcom mengaku telah menekuni keahlian tersebut lebih dari 36 tahun. Ilmu itu ia dapat dari orang tuanya yang juga seorang pengrajin.
![]() |
"Ya sudah sekitar 36 tahunan lah, belajar dari bapak saya. Dulu bapak saya juga belajar dari simbah, begitu seterusnya karena sudah turun temurun," kata dia sambil menempa baja panas dengan dibantu dua orang.
Dalam waktu 2 jam, rata-rata mampu membuat sabit baja itu sebanyak 4 buah. Untuk sabit yang siap pakai dijual dengan harga 35 ribu hingga 70 ribu. Hasil karya para empu itu tidak hanya dijual di Purworejo dan sekitarnya namum juga dipasarkan ke luar kota seperti Kebumen, Cilacap, bahkan hingga Lampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pengrajin lain Jiman (33) menceritakan bahwa sebelum menjadi sentra pande besi, di wilayah itu tinggal seorang empu yang dulunya dipercaya berasal dari kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai Empu Suro.
![]() |
Empu Suro sendiri merupakan orang kepercayaan kerajaan dalam pembuatan senjata perang hingga peralatan pertanian. Keberadaan Empu Suro itulah yang akhinya mewariskan keahliannya secara turun temurun hingga sekarang.
"Pada jaman dulu, ada empu namanya Empu Suro dari kerajaan Majapahit yang tinggal di wilayah sini. Empu itu ahli membuat senjata dan peralatan pertanian hingga daerah ini sekarang menjadi sentra pande besi," tuturnya sembari menghaluskan bilahan sabit. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini