Berdasarkan pantauan, pihak Facebook yang diwakili oleh Ruben Hattari selaku kepala kebijakan publik dan Jeff Eu selaku Head of Public Policy for South East Asia serta beberapa tim kuasa hukum Facebook diperiksa sejak pukul 13.00 WIB di Bareskrim Polri, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (18/4/2018). Pukul 18.30 WIB pihak Facebook pun selesai diperiksa Bareskrim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada Bareskrim, Ruben mengaku dimintai keterangan soal konsultan politik Cambridge Analytica. Ruben juga menjelaskan pihaknya masih melakukan penelusuran lebih lanjut soal kebocoran data user.
"Kami datang hari ini untuk menindaklanjuti apa pertanyaan-pertanyaan dari pemerintah Indonesia kemarin. Saya sudah datang ke Komisi I. Hari ini saya datang ke Bareskrim intinya untuk sharing informasi yang kami tahu untuk saat ini mengenai Cambridge Analytica," ucap Ruben.
Baca juga: DPR RI Beri Waktu Facebook 1 Bulan |
"Jadi tadi ada beberapa pertanyaan mengenai yang kurang-lebih pertanyaannya sama dengan kemarin. Jadi yang sekarang ini yang sama mau tekankan kami masih dalam proses pencarian data. Yang lebih lanjut dan kami akan terus bekerja sama dengan Komisi I, Kominfo, dan sekaligus dengan Bareskrim untuk memberikan fakta-fakta yang lebih rinci dan detil ke depannya," sambung Ruben.
Namun Ruben enggan menanggapi pertanyaan soal Facebook yang dijadikan sarana penyebar konten radikal. Ruben pun langsung menghindari wartawan menaiki mobilnya.
Dalam pertemuan pihak Facebook dengan Komisi I DPR, Rabu (18/4), Komisi I DPR mendesak Facebook menyelesaikan hal itu dalam satu bulan ke depan, terhitung dari pertemuan kedua pihak kemarin. Hal ini dinilai sebagai bentuk pertanggungjawaban Facebook.
"Harusnya sesegera mungkin untuk meyakinkan, terutama rasa aman, karena orang sekarang tetap pakai Facebook. Tetapi mereka perlu rasa aman saat menggunakan Facebook," ujar anggota Komisi I DPR RI Meutya Hafid di gedung Nusantara 2 DPR, Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Seperti diketahui, Facebook mengalami kebocoran data hingga 87 juta pengguna. Di Indonesia sendiri, ada kebocoran data pengguna yang mencapai 1.096.666. Data itu diduga digunakan oleh konsultan politik Cambridge Analytica. (rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini