Labuhan ageng berbeda dengan labuhan alit yang dilaksanakan tiap tahun sekali. Ada satu benda yang hanya dikeluarkan khusus ketika Labuhan Ageng di Merapi.
"Tahun ini masuk tahun Dal, abdi dalem Keraton Yogyakarta menggelar Labuhan Ageng Merapi. Dibawa Kambil Watangan atau Pelana Kuda yang khusus dikeluarkan tiap 8 tahun sekali. Kalau tahun-tahun biasa juga digelar labuhan tapi Labuhan Alit, prosesinya sama, tapi Pelana Kuda tidak dikeluarkan," kata juru kunci Hargo Merapi, Kliwon Suraksohargo atau Mas Asih, putera almarhum Mbah Maridjan, Selasa (17/4/2018).
Mas Asih menjelaskan singkat sejarah Pelana Kuda yang dikirab dalam Labuhan Ageng di Merapi ini.
![]() |
"Cerita dari nenek moyang dulu, Eyang Megantoro hobi memelihara kuda. Dan pelana kuda ini sebagai simbol, dari Keraton," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uba rampe terdiri dari Sinjang Limaran, Sinjang Cangkring, Semekan Gadung, Semekan Gadhung Mlati, Peningset Udaraga, Seswangen, Seloratus, Lisah Konyoh, Kembang Setaman, Yotro Tindih, Destar Doromuluk. Kemudian dilanjutkan gelar budaya, wilujengan, kenduri, pagelaran wayang kulit, dan doa bersama.
Pagi tadi, pukul 06.30 WIB uba rampe Labuhan Ageng dikirab berjalan kaki dari Petilasan Hargo Ndalem menuju Sri Manganti di lereng Merapi, berjarak sekitar 1,5 kilometer, dengan diawali doa bersama. Sesampai di Sri Manganti digelar kembali doa bersama, dilanjutkan ritual adat dan diakhiri dengan pembagian sedekah.
![]() |
Peserta Labuhan Ageng merupakan abdi dalem Hargo Merapi, warga dan pemerintah setempat, masyarakat umum, dengan pengamanan dari relawan tim SAR serta personel TNI/Polri.
"Kita berdoa bersama untuk kesejahteraan masyarakat dan wilayah lereng Merapi khususnya, serta dan Yogyakarta pada umumnya. Upacara adat budaya ini juga untuk memberitakan kepada kawula muda agar paham tentang budaya dan tradisi peninggalan leluhur sehingga bisa melestarikannya ke anak cucu," jelas Mas Asih. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini