"Amerika menunjukkan reaksi seperti itu ketika mereka merasa bahwa para teroris disingkirkan dari wilayah penting seperti Ghouta Timur," cetus Rouhani dalam percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, sehari setelah serangan udara yang dipimpin AS ke Suriah, seperti dilansir media Iran, Press TV, Senin (16/4/2018).
Presiden AS Donald Trump mengklaim, serangan udara yang dilakukan AS, Prancis dan Inggris tersebut "terkait dengan kemampuan senjata kimia" pemerintah Suriah. Negara-negara Barat tersebut menyatakan bahwa serangan itu dilakukan sebagai respons atas dugaan serangan gas beracun di Douma, daerah kantong terakhir pemberontak di Ghouta Timur pada 7 April lalu. Puluhan orang termasuk perempuan dan anak-anak dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Ratusan orang lainnya luka-luka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Serangan oleh AS dan sekutu-sekutunya terhadap Suriah menunjukkan bahwa kita sedang menghadapi masalah baru dan isu-isu dalam pertempuran akhir melawan terorisme di Suriah dan bahwa kita harus saling melakukan konsultasi dan kerja sama lebih banyak," ujar Rouhani kepada Putin.
Sebelumnya, juga dalam percakapan telepon dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Rouhani mengutuk serangan udara AS cs terhadap Suriah. Dikatakannya, serangan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan dianggap sebagai tanda dukungan yang terang-terangan untuk terorisme.
"Di saat para teroris menderita kekalahan di Suriah setiap hari, tindakan agresif seperti itu tentu saja berarti dukungan bagi kelompok-kelompok yang kalah ini," cetus Rouhani.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini