Pakar ilmu lingkungan dari Universitas Sebelas Maret, Prabang Setyono menjelaskan kemunculan ular dekat dengan pemukiman warga di ibu kota menandakan adanya gangguan pada habitat asli mereka. Hal itu bisa disebabkan adanya kerusakan pada lingkungan maupun pencemaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gangguan pada habitat mereka itulah yang membuat mereka bermunculan. Selain itu, perilaku ular yang berbeda dengan hewan liar lainnya juga membuat mereka memungkinkan untuk mendatangi habitat baru asal sesuai dengan kondisi kelembapan.
"Jakarta di daerah mana yang sekarang istilahnya tidak ada pencemaran. Dari situ sudah bisa ketebak. Jadi indikasi secara biologis. Bio indikator. Agen hayatinya ular dan bio indikatornya habitat ular sudah terganggu. Ular ini beda habitatnya dengan satwa liar lainnya. Perilaku ular memang di manapun bisa hidup yang penting posisinya lembab," kata Prabang.
Sebab itu, agar ular tetap pada habitat semestinya, Prabang mengatakan perlu adanya partisipasi dari masyarakat untuk menjaga lingkungan. Itu bertujuan supaya habitat mereka tidak terganggu.
"Sistemnya ular itu harus kita ciptakan agar mereka terkonsentrasi di tempat tertentu. Misal di sungai. Biar sungai natural secara alami. Jangan sungai yang dicor karena mereka jadi nggak punya tempat tinggal sebab sungai tersebut kondisinya panas. Mereka tidak bisa tinggal di tempat seperti itu," ujar Prabang. (nkn/yas)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini