Ular derik milik Amar ini memiliki panjang 1 meter dan berwarna cokelat. Bisa ular derik disebut lebih berbahaya daripada king kobra, meski keduanya memiliki kesamaan, yakni memiliki bisa yang keluar saat menggigit.
Meski mengetahui bahaya dari bisa kedua ular ini, dia tetap memilih memelihara ular derik bersama king kobra dan menyiapkan kandang khusus bagi keduanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang kalau kita ingin buka kandangnya, ekornya berbunyi. Itu tanda dia tak mau terusik," kata Amar, mahasiswa Universitas Lancang Kuning (Unilak), dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (9/4/2018).
Amar juga beberapa kali hendak diserang oleh ular derik miliknya saat mencoba membuka pintu kandang. Serangannya acap datang setiap kali kandangnya akan dibuka.
"Pernah saat akan membuka kandang, ekor ular derik berbunyi tanda dia tak mau terusik. Tapi tetap saya buka kandangnya, dan saat itu ular itu langsung menyerang. Saya sempat melompat menjauh," cerita Amar.
Amar menyebutkan ular derik juga disebut Crotalus atrox dan berasal dari Benua Amerika. Dia membeli ular derik ini sekitar 2015 dari seorang bule asal Belanda.
"Saya beli di Yogya tahun 2015 lalu dari bule asal Belanda. Jadi sudah berjalan tiga tahun ini saya pelihara ular derik," kata Amar.
Perlu diketahui, Amar telah memelihara king kobra sekitar empat bulan. Ular ini didapat dari perkebunan sawit di Pelalawan.
"Saya yang menangkapnya sendiri di perkebunan sawit. Setelah ditangkap, ular itu saya pelihara. Panjangnya sekitar 4 meter," kata Amar.
Setelah bisa ditangkap, ular tersebut diboyong Amar ke Pekanbaru. Amar sempat dinasihati orang tuanya agar tidak memelihara ular yang ganas tersebut. Tapi tekadnya tak bisa dibendung. Amar tetap akan memeliharanya.
"Saya ingin mempelajari atau mengetahui bagaimana karakter ular king kobra ini," kata Amar. (cha/tfq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini