Waspada, Ancaman Longsor Mengintai!

Waspada, Ancaman Longsor Mengintai!

Herianto Batubara - detikNews
Selasa, 27 Mar 2018 18:39 WIB
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho (Arief Ikhsanudin/detikcom)
Jakarta - Sepanjang 2018, bencana longsor terus terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Pemerintah harus waspada dan mengambil langkah antisipatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang, karena sudah ada 50 lebih orang yang tewas akibat bencana ini.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho berkata hingga saat ini tanah longsor adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Selama 2018, dari 1 Januari hingga 27 Maret, terdapat 197 kejadian tanah longsor di Indonesia.

"Longsor menyebabkan 53 orang meninggal dunia, 60 orang luka-luka, 33.058 orang menderita dan mengungsi, 1.369 unit rumah rusak, dan 29 bangunan publik rusak. Dibandingkan dengan jenis bencana lain, longsor adalah bencana yang mematikan. Selama 2018 ini, banjir menyebabkan 34 orang meninggal dunia, puting beliung 12 orang, dan gempa 1 orang," kata Sutopo kepada detikcom, Selasa (27/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sutopo menyebut tanah longsor bahkan sudah menjadi bencana yang paling mematikan di Indonesia sejak 2014 hingga sekarang. Sering kali longsor tebing yang terjadi tidak terlalu besar tapi menimbun rumah di bawahnya sehingga satu keluarga menjadi korban.

Lanjut Sutopo, banyaknya warga yang terpapar dari potensi tanah longsor menyebabkan bencana tersebut memakan korban selama musim hujan. Ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk Indonesia yang tinggal di daerah rawan longsor tinggi hingga sedang. Kemampuan mitigasi mereka masih sangat minim.

Longsor di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor di awal 2018Longsor di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, di awal 2018. (Foto: dok Istimewa)

Umumnya korban tanah longsor adalah masyarakat yang kemampuan ekonominya di bawah. Mereka tinggal di lereng-lereng perbukitan, pegunungan, atau tebing yang curam tanpa ada mitigasi yang memadai sehingga sangat rentan menjadi korban.


"Pemerintah terus membangun dan meningkatkan mitigasi longsor. Namun masih terbatas. Saat ini baru terpasang sistem peringatan dini longsor sekitar 200 unit di Indonesia. Sedangkan kebutuhannya ratusan ribu unit," ujar Sutopo.

40,9 Juta Jiwa di Indonesia Terancam Longsor

Menurut Sutopo, banyak wilayah di Indonesia yang rawan tanah longsor. Data BNPB, daerah rawan longsor tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sebanyak 274 kabupaten/kota di Indonesia berada di daerah bahaya sedang-tinggi longsor.

"Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor 40,9 juta jiwa," ujar pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 1969 ini.

Waspada, Ancaman Longsor Mengintai!Peta bahaya longsor di Indonesia (dok BNPB)

Potensi longsor di Pulau Jawa sendiri terdapat di daerah-daerah yang memiliki topografi pegunungan, perbukitan, dan lereng-lereng tebing yang di bawahnya banyak permukiman. Wilayah ini memanjang di Jawa bagian tengah hingga selatan. Dari peta potensi longsor Februari 2018, wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah daerah yang memiliki potensi paling besar terkena ancaman longsor.

Daerah rawan longsor tinggi di Jawa Barat meliputi Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Bandung Selatan, Purwakarta, Garut, Sumedang, Kuningan, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jawa Tengah terdapat di Kabupaten Banjarnegara, Cilacap, Purwokerto, Purworejo, Pekalongan, Temanggung, Semarang, Karanganyar, Tegal, Wonogiri, Magelang, Purbalingga, dan Boyolali. Di Jawa Timur, terutama di Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Malang, Pacitan, Mojokerto, Jember, Banyuwangi, dan lainnya.


Terkait kondisi ini, lanjut Sutopo, penataan ruang harus benar-benar dikendalikan. Artinya, zona berbahaya longsor sedang dan tinggi sebaiknya tidak dikembangkan menjadi permukiman. Daerah tersebut hendaknya dijadikan kawasan lindung atau terbatas pengembangannya.

"Masyarakat yang sudah terlanjur tinggal di zona berbahaya tersebut hendaknya diproteksi dan ditingkatkan kemampuan mitigasinya. Tentu tidak mungkin semuanya dilakukan pemerintah. Dunia usaha atau swasta dan masyarakat juga harus terlibat membantu masyarakat. Jika tidak longsor akan selalu menjadi bom waktu. Terjadi longsor dengan hujan sebagai pemicunya," imbuhnya.

Selain itu, Sutopo mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Kenali lingkungan sekitar tanda-tanda akan terjadinya longsor. Di antaranya adanya retakan tanah, tanah ambles, keluarnya mata air pada lereng, air sumur, dan mata air tiba-tiba keruh, tembok bangunan dan fondasi tiba-tiba retak, dan lainnya.

"Periksa adanya retakan tanah di bukit yang merupakan cikal bakal dari mahkota longsor. Saat hujan lebat waspadalah. Jika perlu mengungsi sesaat ke tempat aman. Masyarakat harus terus waspada. Kenali lingkungan sekitar dan jangan lengah. Bencana dapat terjadi kapan saja," imbuh pengajar pascasarjana di IPB, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Pertahanan (Unhan) ini. (hri/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads