"Memang banyak yang datang dan mengaku sebagai keluarganya," ujar Wakil Kepala Ruangan Palem, Dwi Wahyuni di RSUD Dr Soetomo Jalan Mayjen Prof Dr Moestopo, Surabaya, Selasa (27/3/2018).
Namun, tambah Dwi, ketika orang-orang tersebut ditanya identitas, mereka justru tidak menjawab. Selain keluarga, ada pula yang mengaku sebagai teman dekat Askan.
"Ketika ditanya mereka bilang hubungannya teman dan keluarganya tapi tidak mengaku siapa namanya," ujar Dwi.
Tak hanya itu, setelah selesai ditanya, Dwi tidak mendapati orang tersebut menjenguk Askan lagi.
Selama Askan dirawat, Dwi mengaku dalam sehari selalu ada saja yang menjenguk dan berdalih anggota keluarga Askan. Totalnya, dalam beberapa hari ini mencapai belasan hingga 20-an orang.
"Saya tidak ingat berapa pastinya yang jelas mencapai belasan sampai 20-an selama Pak Askan dirawat," kata Dwi.
Dwi juga bercerita orang-orang yang mengaku ini biasanya paling banyak di sore dan malam hari. Karena jika pagi hingga siang, penjagaan di rumah sakit untuk penjenguk cukup ketat.
"Kalau pagi bisa satu hingga dua orang, tapi kalau sore dan malam mencapai dua sampai tiga yang mengaku-ngaku," tambah Dwi.
Kendati demikian, menurut Dwi jumlah ini akhirnya berkurang sejak kemarin. Kini, Askan hanya dijenguk pihak Dinas Sosial dan Kecamatan Tambaksari saja.
"Jadi yang jenguk tinggal Dinas Sosial Surabaya, dan orang-orang Kecamatan Tambaksari," tutup Dwi.
Askan mengaku berasal dari Jombang. Awalnya dia bilang memiliki keponakan dan keluarga di Surabaya, tapi kemudian mengaku hidup seorang diri. Pengakuan berbeda itu dimungkinkan karena menurut dokter, Askan agak pikun. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini