Ditemui Detikcom di tempat kerjanya, Sabtu (24/3/2018), Agus membeberkan apa yang dirasakannya tiap menjalani pekerjaannya.
Agus kerap keluar masuk halaman rumah makan untuk mengatur kendaraan mobil. Terutama saat mobil hendak keluar menuju jalan raya. Selama ini, dia berjalan menggunakan sepasang pahanya, dibantu dua tangan untuk bertumpu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia tak mungkin nekat tanpa perhitungan matang. Sebab itu sama saja menantang maut. Idealnya, dia harus berada sekitar 1 meter dari moncong mobil yang disetop. Setop itu bertujuan memberi jalan pada mobil yang keluar dari rumah makan.
Kalau jarak mobil dengan lokasinya sekitar 1 meter, maka lambaian tangan Agus ke pengendara mobil yang disetop, bisa terlihat jelas.
"Kalau terlalu dekat dengan moncong mobil, lambaian tangan saya ke pengendara mobil yang saya setop, tidak terlihat. Ini membahayakan saya," ujarnya.
Apalagi pengalamannya menjadi tukang parkir yang sudah lama itu, membuatnya cermat dalam mengatur mobil. Dia menjadi tukang parkir sejak kelas 3 SD.
Lantas apakah dirinya pernah mengalami pengalaman buruk, seperti terserempet atau terbentur mobil? Pria asli Kudus ini mengaku hal itu pernah dialaminya sekali.
Dia lupa-lupa ingat kapan hal itu menimpanya. Yang jelas, hal itu mengakibatkan luka pada kepalanya. Sampai ada beberapa bagian di kepala yang harus dirawat medis.
Apakah selama ini dia merasa takut atau tidak saat harus menyetop kendaraan yang melaju kencang di jalan utama itu?
"Tidak takut. Saya tidak takut sedikit pun. Ini risiko kerja saya yang harus saya ambil," jawabnya lugas. (sip/sip)