Agar Bisa Raup Suara, Golkar Perlu Usung Kader Jadi Cawapres

Agar Bisa Raup Suara, Golkar Perlu Usung Kader Jadi Cawapres

Tsarina Maharani - detikNews
Jumat, 23 Mar 2018 12:30 WIB
Ketum Golkar Airlangga Hartarto didukung jadi cawapres Jokowi. (Foto: Lamhot Aritonang/detikcom).
Jakarta - Tren elektabilitas Partai Golkar pasca-munaslub disebut stagnan. Jika mau meraup suara besar di Pileg 2019, Golkar punya banyak pekerjaan rumah (PR) untuk diselesaikan.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya dalam Rakernas Golkar, di Hotel Sultan, Jakarta, Senayan, Jumat (23/3/2018). Ia menyebut, setidaknya ada empat tantangan Golkar menghadapi tahun politik 2019.

Salah satunya, ia menyinggung soal sosok cawapres dari partai berlambang pohon beringin itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Golkar harus serius menjadikan kadernya menjadi cawapres," kata Yunarto, disambut tepuk tangan peserta Rakernas Golkar.


Menurut dia, Golkar harus memiliki sosok cawapres untuk mendampingi Presiden Joko Widodo di Pilres 2019. Alasannya, parpol yang memiliki tokoh capres/cawapres memiliki kesempatan meraup banyak suara. Terlebih, pilpres mendatang akan digelar serentak dengan pemilihan legislatif (pileg).

"Karena pilpres nanti berbarengan dengan pileg, sehingga pemilih akan mengasosiasikan pilihan parpolnya dengan capres atau cawapresnya," jelas Yunarto.

Diketahui, ada dorongan dari kalangan internal partai Golkar menjadikan sang Ketum, Airlangga Hartarto, menjadi cawapres Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019. Hal ini diakui oleh Wasekjen Partai Golkar Sarmuji.

Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) pun memberi pertanda dukungan terhadap Airlangga jika akan maju sebagai cawapres. Namun, belum ada pernyataan resmi dari Golkar atas hal tersebut. Golkar menyebut, menyerahkan urusan cawapres sepenuhnya kepada Jokowi.


Sementara itu, selain soal sosok capres/cawapres, tiga tantangan Golkar di 2019 ialah persoalan organisasi, isu kebijakan, dan pengelolaan sosok ketua umum.

Dalam aspek organisasi, Yunarto menyebut Golkar perlu kembali 'menarik' suara. Ini setelah elektabilitas Golkar turun pasca-penetapan eks Ketum-nya, Setya Novanto, sebagai tersangka oleh KPK.

Kemudian soal isu kebijakan yang didorong untuk mampu menjangkau pemilih muda. Sebab, selama ini Golkar diasosiasikan dengan pemilih senior.

Terakhir adalah pengelolaan sosok Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Golkar harus menentukan apakah Airlangga akan menjadi tokoh yang melekat pada partai (personalisasi) atau tidak (depersonalisasi).

[Gambas:Video 20detik]

(tsa/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads