Elektabilitas Stagnan, Golkar Disarankan Tak Malu-malu Jualan Jokowi

Elektabilitas Stagnan, Golkar Disarankan Tak Malu-malu Jualan Jokowi

Tsarina Maharani - detikNews
Jumat, 23 Mar 2018 11:17 WIB
Rakernas Golkar (Noval/detikcom)
Jakarta - Pasca-Munaslub Golkar yang mengesahkan Airlangga Hartarto sebagai ketum, ternyata partai berlambang pohon beringin itu belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Saat itu, Golkar sengaja mengganti ketum yang sebelumnya dijabat Setya Novanto, yang terjerat kasus korupsi e-KTP.

Meski tak terpuruk, Charta Politika Indonesia menyebut tren elektabilitas Golkar hingga saat ini cenderung stagnan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam Rakernas Golkar di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (23/3/2018).

"Banyak yang mengatakan bahwa Golkar berada di titik nadir saat ketumnya terjerat kasus korupsi. Saat Golkar mengganti ketumnya, ada logika elektabilitas akan naik," kata Yunarto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun, dengan survei yang dilakukan, ada hasil yang sedikit berbeda," imbuhnya.


Yunarto pun memaparkan hasil survei Charta Politika Indonesia tentang elektabilitas Golkar yang dilakukan dalam rentang Maret 2017-Januari 2018. Berdasarkan survei itu, Golkar pasca-munaslub belum membawa hasil yang menggembirakan.

"Kalau saya bilang Golkar berhasil bangkit, saya bohong sebagai peneliti. Golkar saat ini stagnan. Karena selisihnya saat ini masih dalam rentang margin of error," jelas Yunarto.

Survei itu menunjukkan elektabilitas Golkar pada Maret 2017 sebesar 12,1 persen, kemudian September 2017 sebesar 10,8 persen, dan Januari 2018 di angka 12,5 persen. Kemerosotan angka sebesar 2 persen di bulan September 2017 terjadi setelah Novanto ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada Juli 2017.

Golkar pun kemudian menyelenggarakan munaslub pada Desember 2017. Munaslub menyepakati Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar yang baru.

Meski tren menunjukkan stagnasi, Yunarto kagum terhadap Golkar yang tak mengalami keterpurukan ketika diterjang oleh isu tak sedap. Yunarto mengakui Golkar sebagai partai yang berpengalaman dalam menghadapi berbagai isu.

"Saya sedari awal yakin partai ini tak besar atau kecil hanya karena isu. Karena sudah banyak isu yang dihadapi partai ini," ucap Yunarto.


Karena itu, untuk mendongkrak elektabilitas partai, Yunarto menyarankan Golkar tak malu-malu menyuarakan dukungan untuk Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019. Sebab, dengan cara itu, Golkar bisa meraup suara di Pileg 2019, yang dilaksanakan serentak dengan pilpres.

"Coat-tail effect ini besar. Mainnya ini tidak usah nanggung dan setengah-setengah. Tidak usah takut tidak punya identitas. Tak usah takut menautkan diri dengan Jokowi sebagai capres terkuat," tandasnya. (tsa/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads