Bulan adalah buah hati dari pasangan Rudi Arifin dan Purwanti yang berdomisili di Jl Plamboyan I No 19, Delima, Tampan, Pekanbaru. Bulan anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya yakni Bela Salsabila (19) dan Balkis Nabila (13).
Lazimnya anak-anak pada umumnya, Bulan pun menginjak pendidikan dari taman kanak-kanak (TK). Setelah umurnya cukup 7 tahun, ibundanya mencoba mendaftarkan ke sejumlah SD Negeri. Dia berharap anaknya yang terlahir tanpa kedua kaki bisa ikut menimba ilmu sebagaimana anak-anak seusianya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendengarannya juga normal, yang nantinya juga bisa mencerna apa yang disampaikan gurunya. Kedua tangannya juga lincah, bisa menulis sebagaimana anak-anak normal lainnya.
Namun, kondisi fisik tanpa kaki membuatnya terdepak dari sejumlah sekolah. Sekolah milik pemerintah yang ada di Pekanbaru banyak yang menolak dengan berbagai alasan. Orang tuanya nyaris putus asa melihat keadaan itu. Satu sisi, Bulan terus mendesak agar bisa bersekolah untuk menimba ilmu sebagaimana anak seusianya.
"Sempat saya leskan, karena banyak sekolah yang tak menerimanya karena kondisi anak saya cacat," tutur Purwandi kepada detikcom saat ditemui di SDN 88 Pekanbaru, Selasa (20/3/2018).
Siang itu Purwanti lagi menjemput anaknya pulang sekolah.
Setelah dua tahun Bulan tak bisa sekolah, Tuhan sepertinya menunjukkan jalan. Purwanti akhirnya membawanya ke SDN 88 di Jl Sutomo, Sail, Pekanbaru. Sekolah yang dipimpin Eliana mau menerima Bulan pada tahun ajaran 2016 lalu.
"Saya bersyukur sekolah ini mau menerimanya," kata Purwanti.
Padahal, jarak dari SDN 88 ke rumah Bulan lumayan jauh. Saban hari ibundanya atau tantenya bergantian menjemput atau mengantarkannya ke sekolah. Andai saja sekolah dekat rumahnya mau menerima keadaan Bulan, tentunya akan lebih mudah dijangkau.
Walau sempat kecewa atas sikap sejumlah sekolah yang ada, namun hal itu tidak menyurutkan kedua orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya. Ayah Bulan, Rudi Arifin ke sehariannya menjadi dosen di Pekanbaru.
Kemauan keras Bulan yang bersekolah itu, benar-benar dia tunjukan kepada publik. Walau masuk sekolah usia 9 tahun, namun dia hanya duduk di bangku kelas I dan kelas II masing-masing satu semester. Setahun sekolah, Bulan bisa duduk di bangku kelas III.
"Bulan anaknya pinter dan percaya diri. Dia tidak terlihat minder walau menyadari akan kekurangan fisiknya," kata Kepsek SDN 88 Pekanbaru Eliana.
Kisah bocah difabel ini viral, ketika di berkirim surat lewat intagramnya meminta kursi roda ke Presiden Jokowi. Gayung bersambut, Jokowi pun mengirimkan kursi roda itu ke Pekanbaru. Kursi roda titipan Presiden Jokowi ini disampaikan, Kadis Kesehatan Riau, Mimi Yulianti tadi siang. Senyum terpancar dari wajah Bulan saat menerima bingkisan dari orang nomor satu di Indonesia itu. (cha/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini