Perang Survei Pilgub Jatim dan Head to Head Khofifah-Gus Ipul

Pilgub Jatim 2018

Perang Survei Pilgub Jatim dan Head to Head Khofifah-Gus Ipul

M Aminudin - detikNews
Selasa, 20 Mar 2018 13:46 WIB
Foto: Zaenal Effendi
Malang - Sejauh ini, ada 5 survei Pilgub Jatim yang dipublikasikan. Elektabilitas kandidat beda tipis. Pertanda apa?

"Ini membuktikan ada pertarungan head to head antara Khofifah dan Gus Ipul. Keduanya bergerak di basis yang sama yaitu NU. Tinggal NU segmen mana yang dipilih, kalau Khofifah jelas memiliki background kalangan Muslimat," urai dosen Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Brawijaya, Wawan Sobari, kepada detikcom, Selasa (20/3/2018).

Berdasarkan survei Indopoll Network pada 22-26 Januari 2018, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak unggul tipis dari Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno. Elektabilitas Khofifah-Emil sebesar 49,02% atau unggul tipis dari Gus Ipul-Puti, yang meraih 47,25%.

Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) pada awal Februari 2018, menunjukkan hasil berbeda. Gus Ipul - Puti Guntur unggul di kisaran 53,7% dari pasangan Khofifah - Emil yang memperoleh dukungan 46,3% suara.


Survei Litbang Kompas pada 19 Februari-4 Maret 2018, elektabilitas Khofifah-Emil 44,5%, sedangkan Gus Ipul-Puti 44%. Survei Polmark Research Center (PRC), Gus Ipul-Puti Guntur unggul dengan angka 42,7 persen. Sedangkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak sebesar 27,2 persen.

Sementara survei Poltracking pada 6-11 Maret 2018, Khofifah-Emil berada di atas dengan perolehan suara 42,4 %, Gus Ipul dan Puti Guntur dengan suara sebanyak 35,8%.


"Ini sudah bisa dikatakan perang survei, bukan lagi data mengacu kepada muatan akademis. Ada satu survei, Polmarck cenderung mengunggulkan Gus Ipul dan Puti, tetapi survei lain Litbang Kompas dan Poltracking hanya beda tipis saja," beber Ketua Pusat Program Magister Ilmu Sosial FISIP Universitas Brawijaya ini.

Wawan tak menyakini hasil survei sesuai fakta riil di lapangan, dia mencontohkan, hasil survei tiga lembaga saat Pilpres dulu, yang bertolak belakang dari hasil sebenarnya.

"Namun ini bisa menjadi cerminan, terutama dari hasil yang tak berbeda jauh. Kedua paslon bisa memanfaatkan responden yang belum menentukan pilihan, dan jumlahnya cukup besar, nyaris 21 persen," tegasnya.

Sementara pengamat politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Wahyudi menilai, Khofifah-Emil lebih determinatif dalam menggiring dan memotivasi masyarakat dalam menentukan pilihan.

"Khofifah berhasil membangun tren sosial yang baik dan determinatif dalam menggiring motivasi rakyat, meyakinkan mereka bisa kerja dan ingin kerja. Sementara Gus Ipul cenderung pincang, jika dulu satu kaki lain adalah Pakde Karwo,yang kini mendukung Khofifah. Dan hal ini di luar prediksi Gus Ipul," ujar Dekan FISIP Universitas UMM ini.

Ditambah, Khofifah sebagai mantan Menteri Sosial sudah banyak menunjukkan keberhasilan program dengan tepat sasaran.

"Kedua kita tahu konstituen terbesar Jawa Timur adalah NU. Nah, Khofifah mendapatkan dukungan dari kiai, dalam sosiologi bisa memberikan garansi politik bagi masyarakat," sambung Wahyudi.


Dikatakan, masyarakat kini cenderung menentukan pilihan dengan melihat figur, bukan lagi partai politik.

"Sekarang dalam Pilkada, Pileg dan Pilpres cenderung kepada figur, jadi masyarakat mencair dalam pilihannya. Tidak lagi terikat di dalam platform parpol," sebutnya.

Khofifah-Emil atau timnya, kata Wahyudi, bisa meneruskan tren positif yang sudah ada jika ingin jadi pemenang. Sedangkan, Gus Ipul-Puti,tentunya harus jeli menyikapi hasil survei.


"Kalau ingin menang harus merubah strategi yang merubah konstelasi tren pilihan konstituen," tutup Wahyudi.

Masih ada waktu 3 bulan sebelum pencoblosan. Siapa yang bisa memikat hati rakyat?
Halaman 2 dari 2
(trw/trw)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.